8 Kisah Inspiratif Mochtar Riady: Emas Batangan, Ditipu Istri, dan Filosofi Burung Elang
"Orang itu miskin bukan karena tidak punya uang. Miskin itu tidak mempunyai pengetahuan. Tidak mempunyai ide," ujar Mochtar Riady
Editor: Dahlan Dahi
Suatu waktu, kenang Mochtar Riady, seorang pimpinan bank pemerintah mengundangnya makan siang.
Setelah semua basa basi, bankir itu bertanya apa tips menciptakan suasana kerja produktif, bergairah, kompetitif -- sesuatu yang bisa ditampilkan oleh kantor-kantor BCA.
Si bankir nyaris putus asa karena sudah menyewa konsultan asing, dari Amerika pula, tapi suasana kerja bank-bank pemerintah tetap nyantai.
"Anda mungkin kelebihan orang," kata Mochtar Riady kepada bankir itu.
"Kelebihan orang tapi bayarannya kecil. Mereka akan malas-malasan."
Kelebihan orang, tambahnya, juga membuat kabur batas-batas tanggung jawab setiap karyawan.
Rumuskan work flow-nya, hitung berapa karyawan yang mesti terlibat, bakukan.
Jika kemudian ternyata karyawannya berlebih, "Larang mereka masuk kantor tapi tetap gaji mereka," saran Mochtar Riady.
Karyawan yang tidak produktif akan menular ke karyawan lain yang produktif.
Pisahkan, rumahkan, tapi tetap gaji mereka.
4. Hadiah Emas Batangan
Apa rahasia awet jadi bankir?
Mochtar Riady buka rahasia dengan mengenang kisah lima potong emas batangan.
Suatu waktu, Mochtar Riady pulang kantor lebih cepat dari biasanya.
Perasaannya girang. Ia seperti tidak sabar memperlihatkan lima potong emas batangan kepada sang istri.
Setiba di rumah, sambil tersenyum, Mochtar Riady memberi tahu istrinya mengenai emas batangan itu.
"Saya girang bukan main. Belum pernah saya punya emas batangan," katanya.
Melihat emas batangan itu, raut muka istrinya malahan terlihat marah.
"Dari mana ini?" hardik sang istri.
Mochtar Riady menjelaskan bahwa itu pemberian nasabah. Tanpa pamrih.
"Kembalikan sekarang!" teriak sang istri. "Dia akan mengendalikanmu."
Reaksi sang istri sungguh di luar dugaan Mochtar Riady. Walau kesal, akhirnya, dia menuruti perintah istri.
"Belakangan saya sadar, itulah yang membuat saya tetap bertahan sebagai bankir profesional. Sekiranya emas itu saya terima, mungkin dia sudah mengendalikan saya," tuturnya.
"Selama 46 tahun saya mengelola bank, saya selamat. Gara-gara istri," katanya sambil tertawa.
5. Sehat Setelah Ditipu Istri
Ketika itu usia Mochtar Riady 60 tahun. Dia menghadapi masalah kelebihan berat badan.
Berat 78 kg merupakan sinyal buruk.
Masalahnya, Mochtar Riady malas berolahraga.
Mochtar Riady yang kelebihan berat badan, istrinya yang gelisah.
Dia membujuk Mochtar agar berolahraga. Berbagai cara dicoba tapi tidak mempan.
Hingga pada suatu pagi: Sang Istri membangunkan Mochtar Riady. Dia mengeluh.
"Saya kurang enak badan, harus berjalan-jalan menghirup udara pagi," kata istri membangun Mochtar Riady untuk menemani.
"Saya malas bangun. Tapi karena istri minta tolong, saya bangun, temani dia jalan pagi."
Setiap pagi Mochtar Riady menemani istrinya jalan pagi. Hingga menjadi kebiasaan --sampai sekarang.
"Belakangan saya tahu, istri saya ternyata pura-pura sakit."
6. James dan Satu Penjudi
Belajar dari pengalaman sebuah perusahaan komputer di China tahun 80-an, Mochtar Riady menyadari pentingnya generasi penerus.
Sebuah perusahaan komputer China pernah melampaui perusahaan komputer ternama, IBM.
Masalah muncul ketika pendiri meninggal. Kepemimpinan diambil alih sang anak.
Si anak tidak mengerti bagaimana melanjutkan kerajaan bisnis warisan orang tuanya.
Ia tidak peduli pada talent people, tokoh-tokoh kunci yang membesarkan perusahaan.
Walhasil, lima pimpinan senior ke luar, membuat perusahaan baru. Mereka membuat Cisco, kelak menjadi salah satu perusahaan terbaik.
Karena itulah, sejak awal, Mochtar Riady mempersiapkan generasi penerus di Lippo Group.
Saat ini Lippo Group mempekerjakan lebih dari 100 ribu karyawan. Salah satu yang terbanyak dari Matahari Department Store.
"Kalau perusahaan ini ambruk, bagaimana nasib karyawan? Pemerintah juga akan rugi karena perusahaan ini membayar pajak," katanya.
Mochtar Riady menyadari perlunya perusahaan terus berlanjut --dan itu berarti, generasi penerus harus dipersiapkan dengan baik.
Dikaruniai tiga anak, Mochtar Riady memilih James Riady sebagai penerus.
Salah satu anak laki-lakinya penjudi.
"Ayah saya mendidik dengan keras. Katanya, cari uang itu harus berkeringat. Tidak boleh main judi," katanya.
7. Didikan Ala Burung Elang
Suatu waktu Mochtar Riady duduk di depan pesawat televisi.
Televisi menyiarkan bagaimana burung elang mendidik anaknya terbang.
Burung elang itu menerbangkan anaknya setinggi-tingginya lalu membuangnya.
Anak burung elang yang terjun bebas terpaksa mengepak-ngepakan sayap agar bertahan, tidak jatuh, tidak mati.
Si ibu mengamatinya dan pada saatnya, burung elang itu menangkap sang anak agar tidak jatuh.
"Ini memberi inspirasi ke saya. Kita harus rela melihat dia salah," ujarnya.
8. Urus Ide dan Nyawa
"Saya orang paling sengsara," kata Mochtar Riady mengenang masa kecil ketika ditinggal ibunya saat berusia sembilan tahun.
"Sekiranya ada rumah sakit saat itu, mungkin ibu saya tidak meninggal secepat itu," kata Mochtar yang besar dan mengenyam pendidikan di Malang, Jawa Timur.
Ibu --Sibelau (1889-1939)-- meninggal saat melahirkan adik perempuan Mochtar Riady.
Kenangan pahit masa kecil itulah yang mendorong Mochtar Riady membangun Siloam 20 tahun lalu setelah pensiun dari dunia perbankan.
Mochtar Riady percaya, untuk hidup sejahtera manusia harus sehat dan memiliki ide.
Anda tidak akan sejahtera kalau sehat saja. Anda perlu ide.
"Orang itu miskin bukan karena tidak punya uang. Miskin itu tidak mempunyai pengetahuan. Tidak mempunyai ide," ujar Mochtar.
"Kalau keluarga ingin maju, harus berpendidikan. Kalau perusahaan mau maju harus memelihara orang berpendidikan," tambahnya.
Pandangan itulah yang mendorong Lippo Group mengembangkan pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.(*)