Dibentuk Yayasan Baru untuk Lindungi Hutan Tropis Indonesia
Marzuki menambahkan, tugas Yayasan Belantara jug meliputi peremajaan hutan alam dan perlindungan satwa langka.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belantara, yayasan yang diprakarsai oleh Asia Pulp & Paper (APP) akan membantu dana dalam pengelolaan program perlindungan hutan tropis di Indonesia.
"Yayasan Belantara akan bekerja sama dengan berbagai komunitas, masyarakat umum, pemerintah dan pelaku usaha, untuk memastikan tercapainya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan komunitas lokal, dan pelestarian lingkungan," kata Marzuki Usman, Kepala Dewan Pengawas Yayasan Belantara dalam peluncurannya yayasan tersebut, Kamis (4/2/2016) malam.
Di Jakarta, Dewan Penasihat yang baru terbentuk merupakan gabungan dari para tenaga ahli dari sektor-sektor pemerintahan, lembaga nonprofit dan swasta dari berbagai negara.
Marzuki menambahkan, tugas Yayasan Belantara jug meliputi peremajaan hutan alam dan perlindungan satwa langka, serta berbagai penelitian untuk pengelolaan lanskap berkelanjutan yang lebih baik.
" Yayasan Belantara akan mendukung pemberdayaan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi setempat, terutama di daerah-daerah yang sangat bergantung pada kekayaan alam," ujar Marzuki Usman.
Ditambahkan, Yayasan Belantara beserta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Yapeka, APP, dan rekan-rekan kerja lainnya telah merampungkan rancangan utama untuk pelestarian alam sebagai panduan dalam menerapkan proyek-proyek kerjanya.
"Berdasarkan masukan dari para pemangku kepentingan yang terkait, telah dipilih sepuluh lanskap prioritas di Indonesia, yang merupakan area usaha kehutanan komersil yang dikelola APP serta para pemasoknya," ujarnya.
Dijelaskan, lanskap-lanskap itu adalah daerah dengan nilai ekologis tinggi namun terus menerus terancam. Hal inilah yang akan menjadi fokus awal kinerja yayasan dalam mendukung perlindungan dan peremajaan ekosistem setempat, sembari mempercepat perkembangan berkelanjutan di tingkat komunitas.
"Kesepuluh lanskap ini terdiri dari beraneka ragam ekosistem dan mayoritasnya berupa rawa-rawa, termasuk hutan bakau, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, serta hutan tropis dataran rendah dan padang rumput," ucap Marzuki Usman.
Hal senada dikemukakan Jatna Supriatna, Wakil Ketua Dewan Pengawas Yayasan Belantara. Dikatakan pendekatan lanskap yang diprakarsai Yayasan Belantara dan APP berperan vital bagi perlindungan kesepuluh lanskap yang kami identifikasi bersama rekan-rekan kerja kami.
"Pemeliharaan salah satu kekayaan alam primer Indonesia hutan-hutan tropis di Indonesia sangatlah penting. Terlebih lagi di masa sekarang ini," katanya.
Untuk itu, menurut Jatna, hak pemerintah, perusahaan swasta dan masyarakat harus bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan terbesar negara ini.
Ditambahkan, sepuluh lanskap prioritas ini adalah lahan-lahan di Indonesia dengan nilai ekologis yang tinggi, namun seringkali berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Misi Yayasan Belantara adalah menemukan keseimbangan antara kepentingan pertumbuhan industri pertanian, pertambangan serta penggunaan-penggunaan produktif lainnya dan keberlangsungan lingkungan hidup kita, supaya bisnis tetap bisa berkembang namun di saat yang sama mengurangi tindakan-tindakan yang berisiko terhadap perubahan iklim.
Tony Sumampau, yang juga Dewan Pengawas Yayasan Belantara mengatakan, "Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari Dewan Penasihat Yayasan Belantara. Karena menyatukan para pakar akademis, administrator dan konservator, yang telah banyak memajukan usaha pelestarian lingkungan hidup selama puluhan tahun masa baktinya.
"Kami menaruh harapan besar pada upaya-upaya Yayasan Belantara dan sangat bersemangat untuk menerapkan gabungan dari kekayaan pengalaman kami dalam pembinaan program yang akan melindungi aksi ekologi serta keanekaragaman hayati lanskap-lanskap primer di Indonesia," kata Tony Sumampau.
Tentang Yayasan Belantara Yayasan Belantara didirikan oleh Asia Pulp & Paper (APP) untuk menjamin dan mengelola dana untuk berbagai program konservasi lanskap di Sumatra dan Kalimantan, Indonesia.
Yayasan ini bertujuan untuk memastikan adanya keseimbangan yang tepat antara pembangunan ekonomi berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat lokal, dan pelestarian lingkungan.
Hal ini meliputi peremajaan hutan alam dan perlindungan spesies langka, perlindungan satwa yang hampir punah, dan berbagai penelitian untuk pengelolaan lanskap berkelanjutan yang lebih baik, serta pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi masyarakat setempat, terutama di area yang masyarakatnya sangat bergantung pada Sumber Daya Alamnya.
Anggota Dewan Penasihat baru Tony Sumampau, Indonesia Tony Juniper, United Kingdom Xu Daping, China Hans-Jurgen Matern, Germany Mark Buckley, United States Suzanne Gendron, Hong Kong Professor Francesco Bertolini, Italy.