Guru Besar UIN Jakarta: Pesantren yang Ajarkan Radikalisme Pesantren Keblinger
Apalagi pesantren didirikan bukan untuk mengajarkan kekerasan, tapi untuk mengajarkan Islam yang indah dan damai
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesantren yang mengajarkan paham radikalisme adalah pesantren keblinger. Pesantren seperti ini tidak boleh ada di Indonesia.
Apalagi pesantren didirikan bukan untuk mengajarkan kekerasan, tapi untuk mengajarkan Islam yang indah dan damai.
"Meski jumlahnya tidak banyak, pesantren yang mengajarkan radikalisme itu telah keblinger dan tidak sesuai dengan cita-cita pendirian awal pesantren oleh para ulama dan wali yaitu mengajarkan Islam indah, lembut, dan menyejukkan. Makanya bisa dilakukan penelitian ulama dari pesantren, Insya Allah tidak akan tergiur untuk melakukan kekerasan karena memang tidak memungkinan melakukan kekerasan di pesantren," ujar Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Ahmad Satori Ismail dalam pernyataannya, Minggu(7/2/2016).
Ahmad Satori Ismail sendiri juga dikenal sebagai pengasuh beberapa pondok pesantren antara lain, Pesantren Al-Hasan di Bekasi (Jawa Barat), Pesantren Khusnul Khotimah di Kuningan (Jawa Barat), Pesantren Al-Himmah dan Pesantren Al-Bayyan di Cirebon (Jawa Barat), serta Pesantren Bani Abdillah Al-Khairiyyah di Banten. Saat ini, ia juga menjadi Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi).
Menurutnya, pemerintah dengan lembaga-lembaga terkait lainnya harus benar-benar mencermati keberadaan pondok pesantren yang melenceng dari konsep pendiriannya tersebut.
Selain mencoreng citra pondok pesantren, mereka juga telah melakukan pelanggaran.
Apalagi mereka berencana mendirikan negara sendiri atau tindakan-tindakan lain yang mengancam kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Islam itu indah, Al Quran juga indah, Rasulullah juga indah, para sahabat indah, maka kalau orang mengaku Islam tapi berbuat kasar, apalagi membunuh, maka jelas itu bukan Islam. Seperti ISIS yang menyembelih orang, menyerang negara lain tapi enggak berani menyerang Israel, apa itu? Kalau ada ISIS yang katanya ingin ke Indonesia atau orang Indonesia bergabung ke ISIS untuk melakukan tindakan merusak, itu bukan watak Islam. Al Quran menyuruh kita untuk membangun dan memperbaiki umat manusia, tidak ada satu pun perintah untuk kekerasan," kata Satori.
Ia menjelaskan, pesantren adalah lembaga yang sejak dulu didirikan oleh walisongo dan pejuang Islam dengan tujuan utama mengajarkan agama Islam dari tingkat dasar sampai tinggi.
Dan itu selalu dipelihara dengan baik karena pesantren selalu mencerminkan keindahan Islam itu sendiri.
Bahkan saat perang kemerdekaan, banyak pejuang lahir dari pesantren untuk memerdekakan bangsa.
"Fungsi pesantren sangat luar biasa dan itu sudah berlangsung berabad-abad. Sekarang ribuan pesantren besar dan kecil tetap mengajarkan Islam yang indah dan damai. Tak salah pesantren identik dengan tempat lahirnya ulama-ulama besar," ujar Satori.
Terkait pesantren yang menyimpang dengan mengajarkan paham radikalisme, Satori menganjurkan agar pemerintah, dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) lebih masif lagi menggelar sosialisasi tentang paham radikalisme dan terorisme di lingkungan pesantren.
Itu penting karena memang tidak ada tempat radikalisme dan terorisme di pesantren.
"Kita perlu terus membentengi pesantren dari pengaruh paham-paham tersebut. Artinya dialog dan sosialisasi pencegahan terorisme harus dimasifkan agar para santri memahami bahwa sekarang ada kelompok yang ingin mengadu domba Islam. Juga pentingnya tetap fokus mengamalkan Islam yang indah dan lembut," ujarnya.
Hal senada juga diutarakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Salahudin Wahid atau Gus Solah.
Adik kandung Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid ini mengungkapkan, pesantren yang terindikasi radikalisme di Indonesia memang ada.
"Tapi saya tidak tahu jumlah pastinya," kata Gus Solah.
Menurut Gus Solah, seharusnya pesantren itu tidak boleh bersentuhan dengan hal-hal berbau radikalisme dan terorisme.
Selama sekian abad pesantren memberi ilmu dan pemahaman keagamaan yang tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i'tidal (adil).
Pesantren hampir sebagian besar berorientasi kepada NU yang punya nasionalisme tinggi karena perjalanan sejarah bangsa kita yang panjang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.