Keugaharian, Jurus Gereja Lawan Korupsi dan Radikalisme
Gomar Gultom mengingatkan, masih ada sebagian umat yang keliru merespon fenomena radikalisme
Penulis: Yudie Thirzano
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengingatkan dua kondisi yang memprihatinkan tengah terjadi di Indonesia.
"Korupsi yang menggurita dan terjebaknya sebagian masyarakat dengan pandangan makin sektarian," kata saat menghadiri Dies Natalis 66 Tahun Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di Graha Oikumene PGI, Jakarta, Selasa (9/2/2016) malam.
Menurut Gomar Gultom dua kondisi tersebut terjadi di saat harapan masyarakat Indonesia untuk menikmati keadilan dan kesejahteraan belum bisa terwujud.
Ironisnya di saat dua persoalan itu melanda, Indonesia justru ikut mengalami krisis kepemimpinan.
"Krisis kepemimpinan ini terjadi di elite politik maupun elite gereja. PGI mencatat, berbagai krisis ini disebabkan kerakusan," kata Gomar Gultom.
Gomar Gultom mengungkapkan gereja mendorong spiritulitas Keugaharian menghadapi tantangan korupsi dan radikalisme.
Keugaharian berasal dari kata ugahari yang artinya kesederhaan.
"Kesederhanan ini akan kontras terhadap budaya kerakusan korupsi. JJuga dengan radikalisme, yang merupakan kerakusan menguasai ruang publik dengan gagasan mereka," kata Gomar Gultom.
Gomar Gultom menjelaskan tiga dimensi keugaharian yang dikampanyekan PGI, yaitu kerelaan untuk berbagi, pengendalian diri serta semangat menentang sistem yang menghalangi upaya mewujudkan keadilan.
"Secara internal kami juga mendorong penafsiran kembali teks-teks yang mengajarkan radikalisme di gereja," katanya.
Gomar Gultom mengingatkan, masih ada sebagian umat yang keliru merespon fenomena radikalisme yang terjadi di Indonesia.
"Umat Kristen harus merespon radikalisme dengan semangat multikulturalisme bahwa ada orang lain di luar kita. Bukan dengan pandangan yang radikal juga," jelasnya.