Menpora Imam Nahrawi : Perbedaan di Indonesia Itu Sudah Takdir
Imam Nahrawi: Saya orang PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), tetapi dulu markas saya di GMKI
Penulis: Yudie Thirzano
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi teringat kenangan masa mahasiswa saat menghadiri Dies Natalis 66 Tahun Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di Graha Oikumene PGI, Jakarta, Selasa (9/2/2016).
Imam Nahrawi yang merupakan Alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya itu bercerita, banyak berinteraksi dengan GMKI saat masih aktif di organisasi mahasiswa.
Imam mengenang saat itu kerap menghadiri undangan GMKI di Surabaya karena hidangan yang disedikan bisa mengganjal perut saat tak punya uang.
"Tentu hari ini undangan menyenangkan bagi saya, karena dulu sering diundang kawan-kawan GMKI di Surabaya saat tak punya uang," kata Imam disambut tawa hadirin.
Saat itu, lanjut Imam, lokasi sekretariat GMKI di Surabaya yang berada di kawasan pusat kota kerap menjadi tempat persinggahan para aktivis mahasiswa.
"Dulu markas saya di GMKI Surabaya. Saya orang PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), tetapi markas saya di GMKI," kenang Imam.
Melawan Gerakan Intoleran
Saat mendapat undangan, Imam merasa 'dipaksa' untuk hadir oleh Pengurus Pusat GMKI.
"Padahal tanpa dipaksa, dalam hati saya sudah putuskan untuk hadir," katanya.
Imam yang lahir di Bangkalan, 8 Juli 1973 menamatkan kuliah di Jurusan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya pada 1998.
Saat itu Imam Nahrawi tercatat sebagai Ketua Umum PMII Koordinator Cabang Jawa Timur. Sebelumnya dia adalah Ketua Umum PMII Cabang Surabaya.
Menpora mengapresiasi tema Dies Natalis 66 Tahun GMKI yakni "Persaudaraan yang Menghidupkan, Memperkokoh Persekutuan yang Partisipatif untuk Membangun Keadilan Sosial."
"Bersama GMKI dan PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), saya di Surabaya mendirikan Forum Persaudaraan Sejati," kata Imam Nahrawi yang kembali teringat aktivitasnya saat di organisasi mahasiswa.
Tentang perkumpulan itu Imam menjelaskan, bahwa berbagai perbedaan latar belakang masyarakat di Indonesia adalah takdir Ilahi.
Imam menyerukan agar warga Indonesia jangan terpecah akibat perbedaan. (Baca juga: Keugaharian, Jurus Gereja Lawan Korupsi dan Radikalisme)
"Perbedaan di negeri ini jangan disesali, ini takdir Tuhan untuk hambaNya. Bagi yang ingin melawan artinya melawan takdir," kata Imam.
Dalam acara yang dihadiri anggota GMKI serta berbagai organisasi kemahasiswaan itu, Imam mengajak organisasi mahasiswa berpartisipasi dalam program deradikalisasi pemerintah.
"Kami ada program Pemuda Cinta Damai. Ini untuk para pemuda lintas agama di 10 daerah, untuk melawan gerakan intoleran," kata Imam.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.