MUI Ajak Umat Islam Salat Gerhana, Ini Tata Caranya
Karena ketua Komisi Dakwah MUI Pusat ini jelaskan, sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda kebesaran Allah SWT
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM -- MENYAMBUT fenomena langka Gerhana Matahari Total (GMT) yang jatuh pada Rabu (9/3/2016) hari ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat mengajak seluruh umat Islam menggelar Salat gerhana.
"Jika kita melihat gerhana maka sebaiknya shalat, berdo'a dan istighfar. Demikian sabda Nabi SAW memperingati umat agar menyikapi gerhana dengan baik," ujar ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Cholil Nafis, kepada Tribun, Selasa (8/3/2016).
Karena ketua Komisi Dakwah MUI Pusat ini jelaskan, sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah tanda kebesaran Allah SWT.
Gerhana tidak berarti karena siksa atau duka atas kematian seseorang.
"Gerhana terjadi sebagai tanda bahwa Bulan dan Matahari tak pantas disembah meskipun besar dan bersinar," tegas Cholil.
Karena itu, cara menyikapi gerhana total Matahari pada Rabu (9/3/2016) besok dengan doa dan Salat.
"Waktunya adalah mulai gerhana Matahari sampai tampak jelas kembali," cetusnya.
"Jika sudah selesai gerhana maka tak disunnahkan shalat apalagi menggantinya," jelasnya kemudian.
Dia jelaskan shalat gerhana dapat dilakukan sendirian atau berjema'ah.
Shalat gerhana berjema'ah disunnahkan membaca khutbah.
Cara shalat gerhana ialah harus suci dari hadats kecil dan besar.
Lalu memulai shalat gerhana dg takbir, terus baca doa iftitah, baca surat Al-Fatihah dan surat al Qur'an yang panjang.
Lalu ruku' dan kemudian berdiri membaca surat Al-fatihah dan surat al Qur'an. Lalu ruku' dan kemudian i'tidal.