Pemerintah Harus Peringatkan Cina Terkait Insiden di Natuna
dunia internasional termasuk Cina harus diyakinkan bahwa wilayah itu adalah wilayah teritori NKRI
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Peristiwa bentrokan Kapal Pengawas Hiu 11 milik Kementerian Kelautan di wilayah sekitar Natuna dengan Kapal patroli Pantai (Coast Guard ) Cina pada Minggu (20/3/2016) dini hari, menjadi pertahatian.
"Sepertinya memang Cina berkeinginan kuat untuk menguasai seluruh wilayah Laut Cina Selatan termasuk wilayah teritori Indonesia," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus (TB) Hasanuddin, Selasa (22/3/2016).
"Tindakan pemerintah dengan protes keras dan merencanakan membawa kasus ini ke Mahkamah Hukum Laut Internasional (International Tribunal For the Law of the Sea) merupakan tindakan yang sudah tepat dan tegas. Harus kita dukung," politikus PDI Perjuangan ini menegaskan kembali.
Menurutnya, dunia internasional termasuk Cina harus diyakinkan bahwa wilayah itu adalah wilayah teritori NKRI. Dan Indonesia, tegasnya lagi, akan mempertahankan wilayahnya dengan cara apapun.
Hasanuddin juga berharap, pasca peristiwa ini pemerintah harus segera mereorganisir dan memperkuat kemampuan Bakamla ( Badan Keamanan Laut ).
Agar Bakamla sebagai lembaga penegak hukum (yang di back up oleh TNI AL ) dapat melakukan tugasnya seperti penegakan hukum, perlindungan, dan penyelamatan di laut.
"Negara harus segera melengkapi kapal-kapal patroli Bakamla demi kepentingan bangsa dan negara. Ini sebuah kebutuhan yang menjadi sangat urgent untuk dilaksanakan," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, terjadi insiden di tengah laut, saat kapal coastguard Cina menabrak KM Kway Fey 10078. Ketika itu, saat kapal yang ditangkap oleh KP Hiu 11, tengah dalam pengawasan, lantaran diduga masuk perairan Indonesia, dan hendak ditarik ke Natuna, Minggu dini hari (20/3/2016).
Kejadian ini membuat Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berencana memanggil Duta Besar China di Indonesia.
Kapal tangkapan tersebut terpaksa dilepaskan oleh kapal pengawas KP Hiu 11, karena ada intervensi kapal coastguard China dengan ukuran yang lebih besar dan persenjataan lebih lengkap.
"Kalau nanti terjadi lagi, saya menyarankan KRI yang lebih besar, rutin (mengawasi) di wilayah Natuna. Karena kalau KRI kecil, cuma seupil (kalah kita). Kapal pengawas kita cuma 100GT, kapal coastguard China di atas 1000 GT," kata Susi
Kementerian Luar Negeri China, Senin (21/3/2016), membantah jika kapal penjaga pantainya telah memasuki perairan Indonesia. Nelayan China justru menangkap ikan di tempat yang secara tradisional biasa mereka kunjungi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan, kapal nelayan dari negaranya menangkap ikan di tempat yang telah turun-temurun dikunjungi.
"Lokasi yang Anda sebutkan, tempat insiden berlangsung, merupakan kawasan penangkapan ikan tradisional China. Kapal nelayan China saat itu, menjalankan aktivitas penangkapan seperti biasa di dalam area itu," kata Hua kepada Reuters.