Megawati Pernah Minta Anggaran Riset Ditambah Kepada Jokowi
"Kalau pusing, minum obat. Terus ada minum beras kencur, itu bukti. RRC melakukan hal itu, Korea, Jepang, Thailand. Indonesia enggak, ini salah apa?"
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengeluhkan anggaran riset yang minim dalam APBN.
Ia pun sempat meminta tambahan anggaran riset kepada Presiden Joko Widodo
"Saya nyuwun (meminta) ke Pak Jokowi supaya anggaran riset ditambah," kata Megawati saat menjadi Keynote Speaker Konvensi Haluan Negara di JCC, Jakarta, Rabu (30/3/2016).
Saat itu, Megawati meminta anggaran riset dinaikkan menjadi 5 persen dari APBN.
Ia pun heran bila anggaran itu disebut besar.
Sebab, selama ini anggaran riset tak lebih 1 persen.
"Makanya saya minta 5 persen, kan siapa tahu dikasihnya 2,5 persen," ujar Ketua Umum PDI Perjuangan itu.
Megawati menilai riset harus masuk dalam Halauan Negara.
Terutama riset-riset yang mengedepankan kearifan lokal.
Ia mencontohkan pengembangan riset untuk tanaman-tanaman obat.
Megawati mengungkapkan negara lain telah mengembangkan tanamanuntuk pengobatan.
"Kalau pusing, minum obat. Terus ada minum beras kencur, itu bukti. RRC melakukan hal itu, Korea, Jepang, Thailand. Indonesia enggak, ini salah apa?" tanya Megawati.
Ia pun mempertanyakan mengenai modernisasi apakah akan menghilangkan kearifan lokal.
Apalagi, Megawati mendengar adanya eksport besar-besaran tanaman obat seperti kunyit.
"Kunyit diminta berton-ton, disana diekstraksi, terus masuk ke Indonesia diberi label, kalau dilihat, ada curcuma, temulawak dan kunyit kenapa enggak esktrak sendiri," ujarnya.