'Agar tak Diketahui Perompak, Matikan Lampu Navigasi Saat Melintas Kawasan Rawan'
Untuk mengantisipasi perompakan, di setiap kapal terdapat sejunlah peralatan.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wilayah tempat perompak dari kelompok Abu Sayyaf beraksi, yakni di perairan di sekitaran pulau Jolo, Basilian dan wilayah Barat Daya Filipina, adalah wilayah berbahaya.
Adang Syafaat, kapten kapal yang sudah sering melintasi wilayah tersebut, mengatakan para pelaut akan meningkatkan kewaspadaanya setiap melintasi wilayah di mana kapal Tug Boat asal Indonesia bernama "Brahma" di bajak pada Senin (29/3/2016).
"Kalau pelaut lewat sana, sudah tahu lah, banyak perompak," ujar Adang kepada wartawan, di Sekolah Tinggi Ilmu Maritim AMI (Akademi Maritim Indonesia), Jakarta Timur, Jumat (1/4/2016).
Untuk mengantisipasi perompakan, di setiap kapal terdapat sejunlah peralatan.
Mulai dari pagar berduri, hingga semprotan air bertenaga tinggi.
Namun hal itu tidak bisa menjamin sepenuhnya pelaut akan selamat dari upaya pembajakan.
Hal terbaik yang bisa dilakukan saat melintasi wilayah berbahaya itu, menurut Adang adalah dengan berupaya agar para perompak tidak menyadari kehadiran kapal.
"Kalau malam, kita matikan lampu navigasi, itu tidak apa-apa karena sekarang sudah ada radar canggih, setiap kapal rata-rata punya," jelasnya.
Selain itu awak kapal juga harus sering-sering melaporkan posisinya, sehingga tidak luput dari pantauan perusahaan pemilik kapal maupun otoritas setempat.
"Jadi kalau ada apa-apa, bisa terpantau," ujarnya.
Ia mengaku sempat hampir jadi korban perompakan. Pada Juli 1998 lalu, kapal tangker yang ia tumpangi sempat di kepung oleh dua speedboat yang masing-masingnya di isi oleh sekitar lima orang laki-laki.
"Tapi waktu itu ada tentara Filipina datang, mereka langsung kabur," ujarnya.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.