Tiga Petugas AirNav Saat Senggolan Batik Air dan TransNusa Masih Syok
Wisnu mengaku belum bisa menyimpulkan apakah ada kelalaian dari anak buahnya saat bertugas di ATC
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tiga orang petugas Air Traffic Control (ATC) Bandara Halim Perdanakusuma yang bekerja saat insiden senggolan antara pesawat Batik Air dengan pesawat Trans Nusa Air masih syok. Ketiganya hingga saat ini belum bekerja kembali usai insiden tersebut.
"Hari ini saya ketemu dia, masih syok dan belum bisa dimintai keterangan. Ketiganya juga off selama 14 hari kedepan," ujar Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu Darjono, di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (6/4).
Wisnu mengaku belum bisa menyimpulkan apakah ada kelalaian dari anak buahnya saat bertugas di ATC. Oleh sebab itu demi mencari apa penyebab kecelakaan, ketiga petugas yang masing-masing bekerja sebagai controller, asisten dan supervisor itu kemungkinan akan dimintai keterangan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam waktu dekat.
"Penerbangan itu kan sistem, kita tidak bisa spekulasi. Petugas controller memang masih belum (diperiksa), mungkim besok baru akan dimintai keterangan," imbuhnya.
Terkait sanksi yang akan diberikan AirNav terhadap ketiganya apabila terbukti lalai, Wisnu mengaku tidak bisa banyak bicara. Pasalnya ia masih menunggu hasil investigasi KNKT untuk memberikan hukuman apa jika memang terbukti bersalah.
"Kalau terbukti pasti ada sanksi mulai dari yang ringan, sedang sampai berat, mulai dari teguran, skorsing sampai pemberhentian. Namun kita tidak bisa berandai-andai," katanya.
Wisnu ketiga petugas yang berada di ATC Bandara Halim Perdanakusuma pada saat insiden itu sudah tergolong senior. Namun ia mengaku lupa sudah berapa lama ketiganya bekerja.
"Mereka (penjaga ATC) tergolong senior. Tapi sudah berapa tahun, saya lupa," ujar Wisnu.
Ia menceritakan terdapat sesuatu yang perlu diteliti saat insiden kecelakaan itu terjadi. Pasalnya pada saat kejadian, salah satu pesawat dilewatkan di apron selatan sisi G.
"Apron selatan kan ada dua, H sama G. Kalau H tinggal nyebrang. Kenapa kok lewat G? Itu perlu diteliti. Apakah ini kebiasaan, apakah ini pengabaian SOP atau sesuai SOP tapi perlu direvisi," ujarnya.
Adapun penyebab kecelakaan pesawat menurut Wisnu bisa karena diakibatkan dua hal yakni karena human error atau faktor kesengajaan.
"Kalau human error, nanti ada perbaikan sistem dan kalau kesengajaan, nanti ada ketentuan perjanjian kerja bersama. Ada tindakan dari peringatan sampai pemberhentian," ucapnya.
Sementara itu Ketua KNKT Soerjanto Tjahyono mengungkapkan kedua blackbox pesawat sudah dibaca dan hasilnya bagus. Namun pihaknya belum bisa mengungkapkan hasil laporan terkait kedua blackbox tersebut.
"Namun hari ini (blackbox) masih dianalisa oleh teman-teman, nanti dari blackbox itulah kita akan menggali kemana arah investigasi yang nantinya kita dalami," ujarnya.
Soerjanto berjanji pihaknya bakal melakukan investigasi dengan objektif. Bahkan, ia menegaskan tidak menerima titipan apapun terkait penyelidikian penyebab insiden kedua pesawat tersebut.
"Siapapun itu meski anggota DPR atau siapapun juga, butuh selamat termasuk anda-anda juga. Selamat itu adalah hak mutlak yang harus kita ciptakan. Untuk itu kami, KNKT akan investigasi ini seobjektif mungkin dan apa adanya," tegasnya. (Junianto Hamonangan)