Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

"Apa Gunanya Reshuffle Kabinet Jika Masyarakat Tak Paham Tujuannya"

Presiden Jokowi seharusnya bergerak cepat mengumumkan komposisi baru anggota kabinet yang membantunya.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Choirul Arifin
zoom-in
TRIBUNNEWS/WAHYU AJI
Ray Rangkuti 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Isu santer perombakan posisi menteri alias reshuffle hingga hari ini belum juga terealisasi. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke sejumlah negara di Eropa pun memastikan permobakan kabinet tak akan dilakukan hingga minggu depan.

Direktur LIMA Ray Rangkuti menilai, Presiden Jokowi seharusnya bergerak cepat mengumumkan komposisi baru anggota kabinet yang membantunya.

"Apa gunanya juga Jokowi melakukan reshuffle, mau diarahkan kemana reshufflenya. Bagi publik itu yang pokok, tukar nama atau posisi kalau masyarakat ngga paham apa tujuannya juga percuma," kata Ray dalam diskusi 'Gaduh Partai Jelang Reshuffle Jilid II: Mau Ke Mana?' di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (17/4/2016).

Menurutnya, posisi Jokowi pada tingkat tertentu diuntungkan oleh alam. Ray memberikan contoh konflik internal beberapa partai.

Partai Golkar berencana menggelar Musyawarah Nasional, namun masih tidak jelas arahnya.

Kemudian, Partai Gerindra yang juga masih berkutit dengan persiapan bakal calon Gubernur DKI Jakarta untuk Pilkada 2017.

Selain itu, PKS juga tengah dirundung masalah. Fahri Hamzah yang sedang menjabat sebagai Wakil Ketua MPR mendadak dipecat, bahkan keanggotaannya juga dihilangkan dari partai berwarna hitam kuning tersebut.

Berita Rekomendasi

Alhasil Jokowi tidak perlu lagi sibuk melakukan konsolidasi dalam pemerintahannya.

"Kelemahan oposisi terhadap Jokowi, bukan karena langkah-langkah konsolidasi yang dilakukan. Lebih disebabkan faktor internal koalisinya sendiri. Oposisi yang enggak terlalu kuat yang banyak masalah internal," kata Ray.

Dirinya juga mempertanyakan mengenai alasan Jokowi melakukan reshuffle. Jangan sampai ini menjadi bumerang dan tidak memiliki landasan yang kuat.

Mengingat pada saat perombakan kabinet sebelumnya, tidak ada penjelasan dari pemerintah mengapa terjadi pergantian jajaran kementerian.

"Jadi posisi Jokowi mestinya bisa lebih cepat bergerak. Jokowi ini diuntungkan oleh alam, bukan konsolidasi bagus, tapi lawan kaolisi rontok, bukan karena bertanding, tapi karena lawanya rontok sebelum bertanding," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas