Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Relevansi Pemikiran Kartini untuk Wujudkan Kesejahteraan Rakyat

Presiden pertama Soekarno memberi penghargaan tinggi bagi perempuan sebagai warga negara

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Relevansi Pemikiran Kartini untuk Wujudkan Kesejahteraan Rakyat
Istimewa
RA Kartini 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Presiden pertama Soekarno memberi penghargaan tinggi bagi perempuan sebagai warga negara.  Memberi peran, mendukung perjuangan pergerakan kemerdekaan maupun pasca Indonesia merdeka.

Hal ini antara lain dituangkan dalam buku Sarinah yang terbit 1947. Dalam buku itu diungkap,  Presiden Soekarno mendorong keikutsertaan perempuan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

"Presiden Soekarno mengeluarkan Keppres No.108 tahun 1964, Negara memberi gelar Pahlawan pada Kartini yang perjuangannya untuk bangsa Indonesia umumnya dan perempuan khususnya," ujar
Ketua Bidang Kesehatan Perempuan dan Anak DPP PDI Perjuangan, Sri Rahayu, Kamis (212/4/2016).

Dijelaskan, partainya menganggap pemikiran dan perjuangan Kartini relevan untuk diperjuangkan. Perempuan saat itu, lanjutnya, tidak boleh bekerja, dinikahkan secara paksa dan usia dini.

"Kartini pun meninggal saat melahirkan. Kondisi ibu meninggal saat Melahirkan masih sering terjadi. Sekarang ini angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih cukup tinggi," ungkapnya.

Oleh karena itu salah satu agenda PDI Perjuangan adalah memperjuangan perbaikan kesehatan bagi perempuan dan rakyat umumnya.

"PDI Perjuangan memberikan kesempatan perempuan seluasnya berkiprah di masyarakat atau di publik melalui partai politik baik dalam structural legislatif maupun eksekutif (3 pilar partai)," Sri Rahayu memastikan.

BERITA REKOMENDASI

Hal itu diamanatkan dalam AD/ART pasal 20, dan pasal 101 hasil Kongres IV 2015. Sinergi kerjasama 3 pilar penting dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat sehingga cita-cita Pembukaan UUD 1945 menjadi keniscayaan.

Kini kesempatan telah terbuka. Perempuan diharapkannya, harus percaya diri, ulet, mandiri, bermental kuat, tidak patah semangat, sehingga tidak terpengaruh untuk korupsi.

"Kartini menunjukkan hal ini dengan melawan adat, padahal konseksensinya bisa berujung kematian. Penderitaan dihadapi menghalau rintangan perbaikan kondisi perempuan. Dikucilkan, bahkan dianggap perawan tua dilakoni Kartini," ungkap Sri lagi.

Ketika harus menikah, Kartini mengajukan berbagai syarat kepada calon suaminya. Salah satunya boleh mendirikan sekolah dan mengajar.

Tak hanya itu, Kartini merelakan beasiswanya untuk Agus Salim. Itulah salah satu semangat nasionalisme Kartini.

Dengan pendididikan bebas tujuan terutama sekali menjadikan orang dijiwai dengan cinta dan semangat untuk tanah air dan bangsanya"(Kartini kpd Ny Abendanon Mandri 10-6-1902)

Kini, saat kebebasan dan keterbukaan telah direngkuh perempuan, perjuangan belum selesai dan perempuan tidak boleh surut berjuang.

"Hal ini dicontohkan oleh Ketua Umum PDI Perjuangan sebagaimana diungkapkan Ibu Megawati dalam (Buku Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat. Hal. 125.) Meskip mengalami penghianatan dan rintangan tidak menyurutkan mental beliau untuk terus berjuang dalam politik.

Ibu Megawati, puji Sri, tahan mental dalam tekanan politik Orde Baru sedangkan Kartini sejak usia belia sudah berjuang dibawah tekanan budaya saat itu.

"Kekuataan mental beliau berdua adalah teladan bagi semua kader, khususnya perempuan," pungkas Sri Rahayu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas