Setya Novanto Lihat Suara Golkar Terus Menurun
Setya Novanto melihat suara Partai Golkar terus menurun.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setya Novanto melihat suara Partai Golkar terus menurun.
Ditambah adanya konflik Golkar antara kubu Aburizal Bakrie dengan Kubu Agung Laksono yang berlangsung selama 1,5 tahun.
Ia mencontohkan suara Golkar yang menurun di parlemen.
Era kepemimpinan Akbar Tandjung mencapai 20 persen atau 140 kursi.
Kedua, era Jusuf Kalla dengan suara 14 persen atau 109 kursi.
Lalu jaman Aburizal Bakrie, 14,75 persen atau 91 kursi.
"Makin lama makin menurun, walau saat terakhir perhitungan di KPU berbeda," kata Novanto dalam diskusi di Jenggala Center, Jakarta, Rabu (4/5/2016).
Bakal calon ketua umum partai Golkar ini pun mengungkapkan gagalnya calon presiden yang diusung Golkar selama tiga kali pemilihan presiden.
Ketua Fraksi Golkar di DPR RI itu juga melihat adanya persoalan dalam Pilkada.
Ia bercerita saat menjabat Ketua DPR, Novanto berusaha supaya Golkar bersatu.
Akhirnya, KPU memutuskan adanya dua tandatangan yakni Aburizal Bakrie-Agung Laksono dalam mengusung calon kepala daerah.
Novanto menyayangkan banyaknya kader Golkar yang berpindah partai atau melalui jalur independen saat pemilihan kepala daerah.
"Juga kader terbaik Partai Golkar, dikenakan biaya Rp 1 miliar sampai Rp 3 Miliar. Sehingga ini persoalan yang mendadsar dan kader kita pindah," tuturnya.