Abu Sayyaf Ancam Penggal Sandera Tiga Warga Kanada, Norwegia dan Filipina
Kelompok Abu Sayyaf militan Islam di Filipina mengancam untuk membunuh tiga sandera jika tebusan tidak segera dibayarkan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok Abu Sayyaf militan Islam di Filipina mengancam untuk membunuh tiga sandera jika tebusan tidak segera dibayarkan.
Ancaman itu dipublikasikan dalam video sepekan setelah mereka memenggal kepala seorang pria warga Kanada.
Sementara Mayjen Purnawirawan Kivlan Zen mengaku sudah mengetahui lokasi 4 WNI yang kini masih ditawan oleh kelompok Abu Sayyaf.
Dalam tayangan video yang diunggah, tampak para sandera yang merupakan warga Kanada, Norwegia, dan Filipina dikelilingi oleh enam militan, meminta pembayaran tebusan segera dilakukan.
Publikasi video oleh kelompok Abu Sayyaf ini dilaporkan oleh SITE Intelligence Group yang memonitor media jihadis.
Empat orang sandera diculik ketika berada di Davao di wilayah Filipina selatan pada September lalu, salah satu dari mereka, warga Kanada John Ridsdel, telah tewas.
Dalam sebuah video yang dirilis beberapa hari sebelum pembunuhan Ridsdel, kelompok militan itu meminta agar uang tebusan sebesar 300 juta peso atau RP 84 millar untuk menyelamatkan nyawa para sandera.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengecam pembunuhan itu tetapi mengatakan Kanada tidak akan memberikan tebusan bagi para penculik.
Dalam video terakhir, seorang anggota militan yang menggunakan masker memperingatkan Kanada dan Filipina bahwa tiga orang yang masih disandera akan dibunuh jika pembayaran tebusan kembali ditangguhkan.
Sementara itu, 10 orang WNI telah dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf, tetapi masih ada empat WNI yang disandera sejak pertengahan April lalu. Kivlan Zen mengaku sudah menghubungi pihak penyandera dan 4 WNI itu.
Upaya kontak ini berhasil atas bantuan mantan pimpinan The Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari.
"Kita (menghubungi) melalui Nur Misuari. Orangnya sudah bisa kontak dengan penyandera dan sandera," kata Kivlan.
Kivlan mengaku kenal dekat dengan Nur Misuari karena Kivlan pernah menjadi pasukan perdamaian di Filipina Selatan pada 1995-1996.
Menurut Kivlan posisi penyandera dan yang disandera juga sudah diketahui, yakni 30 kilometer dari Sulu, Filipina. Upaya lobi kekeluargaan terus dilakukan.