Puisi dan Lilin untuk UU Penghapusan Kekerasan Seksual
Dari 2001 sampai 2012, setiap dua jam terdapat tiga perempuan, termasuk anak-anak di bawah umur, menjadi korban kekerasan seksual.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Anita K Wardhani
Bulan ditusuk samurai
Melati putih disiram lumpur
Ranting muda patah
Tak kuasa dideru angin
Siang itu
2 April hari sabtu
Dari sekolah kubawa bendera
Tugasku mencucinya di rumah
Untuk hari senin upacara
Tiada istimewa
Kulewati kebun karet biasa
aku pulang sendiri
berjalan kaki
Seperti saban hari
Sambil berjalan selalu
Kubayangkan cita-citaku
menjadi guru
14 tahun sudah usiaku
Kuingin sekali membuatmu bangga ibu
Di dahan pohon itu
Kulihat seekor burung berkicau selalu
Tak pernah kulihat sebelumnya
Kicauannya kudengar tiada pernah
Aku terdiam berhenti
Menyimaknya dengan teliti
Entah mengapa
Hatiku tiba tiba hampa
Seperti luka
Yang menganga
Aku terus saja berjalan
Kujumpa remaja bergerombol belasan
Kukenali yang ini dan itu
Mereka kakak kelasku
Tapi aku mulai was-was
Karena mereka bau minum keras
Mata mereka ganas
Menjelma menjadi harimau buas
Tapi ibu
Cepat sekali mereka menerkamku
Dengan paksa ingin menciumku
Astaga, mereka merobek bajuku
Aku takut, ibu
Kupanggil namamu
Aku melawan sebisaku
Sekuat tenagaku
Aku meronta
Aku berteriak
Aku menangis keras
Tapi mereka lebih kuat, ibu
Mereka pukul kepalaku
keras sekali dengan kayu
Mereka ikat tanganku
Mereka cekik leherku
Aku mereka bawa paksa
Menjauh ke semak-semak sana
Tempat itu sepi sekali
Tambah membuatku ngeri
Astaga ibuuuuu..
Mereka memperkosaku
Belasan mereka bergiliran
Lagi dan lagi bergantian
Ampuuuunnnn...
Aku menangis
Aku terjang
Melawan yang aku bisa
Berkali- kali ibu
Kupanggil namamu
Hingga tiada lagi rasa
Tiada suara
Tiada warna
Tiada apa
Bunga segar jatuh ke tanah
Tak berdaya dan punah