Saat Istri Tito 'Diinterogasi' Wartawan: Bicara tentang Naik Gojek dan Gaji Tito
Bukan hanya anggota Komisi III DPR yang 'menginterogasi' Ny Tri Suswati, istri calon tunggal Kapolri, Komjen Pol Tito Karnavian.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Yulis Sulistyawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bukan hanya anggota Komisi III DPR yang 'menginterogasi' Ny Tri Suswati, istri calon tunggal Kapolri, Komjen Pol Tito Karnavian.
Para wartawan ikut mencuri waktu ibu tiga anak itu seusai menerima kunjungan para anggota Komisi Hukum DPR, Rabu (22/6/2016) lalu.
Ada yang unik dari Ny Tri Suswati yaitu mengenakan gelang karet bertuliskan Turn Back Crime (TBC).
Selain itu ia juga tidak risih menggunakan jasa ojek online ketika harus keluar rumah untuk sebuah keperluan.
Berikut ini petikan tanya jawab wartawan dengan istri perwira tinggi bintang tiga di kediamannya, kawasan Pasar Minggu, Jakarta;
Mengapa Ibu mau pakai gelang Turn Back Crime?
Ini karena saya suka jalan-jalan sendiri. Supaya orang tahu juga, orang jadi takut juga lihat sendiri.
Apa Ibu khawatir soal keamanan?
Iya lah
Apa yang Ibu lakukan agar Pak Tito tetap sederhana dan terhindra dari godaan korupsi?
Itu kan suatu kebiasaan ya, kehidupan itu suatu kebiasaan. Kalau kita sudah terbiasa hidup biasa saja dan segala sesuatu berdasarkan fungsinya. Semisal mobil, ya fungsinya hanya untuk jalan saja, yang penting kita sampai tujuan. Jadi, ngapain kita mesti cari mobil yang mahal-mahal kalau naik naik Go-Jek bisa. Kalau bisa ada yang cepet, ngapain kita naik mobil berjam-jam.
Ibu juga suka naik Go-Jek?
Iya lah, dari pada saya kena macet berjam-jam di Kemang (kawasan Kemang, Jakarta). Jadi, itu sesuatu yang praktis lah.
Ibu biasanya sering ke mana kalau naik Go-Jek?
Ya misalnya saya ke dokter gigi, sudah janji, terus sudah tahu akan kena macet, ya saya naik Go-Jek aja. Cuma yang saya takut, kadang-kadang ojek suka ngebut begitu kan. Jadi, suka takut juga kita
Bagaimana Ibu mengingatkan Bapak supaya tidak KKN?
Kami sebagai anggota Bhayangkari selalu bilang kalau kita hidup menyesuaikan diri. Kita harus tahu gaji suami. Itu yang harus kita pegang. Selain gaji, ada pendapatan-pendapatan lain, nah itu kita harus memperingatkan suami. Ini uang apa. Harus ditanya.
Apa pernah Ibu kasih tahu begitu?
Saya tanya, saya nggak mau Pak Tito ada pemasukan di luar gaji semisal bawa uang. Ini apa? Saya nggak mau uang itu dari memeras atau apa.
Pernah Ibu tegur Pak Tito?
Itu sejak awal kita sudah punya perjanjian begitu. Kan saya dulu kerja juga. Jadi, semisal dulu gaji saya lebih gede dari Pak Tito, dulu ya waktu awal-awal saya ingatkan. Tapi, kemudian ya itu bagaimana me-manage. Uang itu mau sebagaimanapun banyaknya, kalaau nggak bisa manage, ya habis juga.
Takut nggak ada uang nggak jelas di pendapatan Bapak?
Ya pasti lah. Iyalah jelas takut kita. Apalagi sekarang kalau jadi Kapolri, itu harus dipertanggungjawabkan ke negara dan ke Tuhan YME.
Jadi siap jadi pengawas agar Pak Tito tetap lurus?
Yah, selalu saya ingatkan ke Pak Tito, kita nggak bawa apa-apa waktu kita mati kan. Buat apa punya macem-macem ternyata bikin nggak tenang. (Matanya berkaca-kaca). Bapak tugasnya berpindah-pindah. Mulai Kapolsek, Kapolres, Kepala Densus, Kapolda, Asrena,
Sampai Kepala BNPT, apa Ibu ada kekhawatiran pada keselamatan Bapak?
Pasti (awalnya) khawatir. Tapi, dengan berjalannya waktu yang sudah saya alami, banyak hal-hal mengkhawatirkan, tapi ternyata namanya nyawa nggak mesti di satu tempat konflik. Banyak kejadian ternyata anggota (polisi) di daerah aman, bisa kecelakaan. Jadi, itu takdir. Jadi nggak usah terlalu khawatir. (tribunnews/abdul qodir )