Banyak TKI Ilegal Berusaha Mudik Lewat Wilayah Perbatasan dari Malaysia
"Umumnya, mereka tidak memiliki izin untuk bekerja, tanpa paspor, dan tinggal dalam periode lama di Malaysia,"
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Adi Suhendi
Jumlah tersebut mencakup 70 persen dari keseluruhan penumpang sementara 30 persen lainnya adalah warga negara Malaysia atau negara lain.
Hal yang sama juga terjadi di Pelabuhan Stulang yang dalam kurun waktu enam tahun terakhir (2010-2015) juga menunjukan adanya peningkatan penumpang yang masuk ke Johor ataupun keluar ke Batam.
Selain pelabuhan laut di Johor Bahru, terdapat Pelabuhan Klang (Port Klang) yang berjarak 45 kilometer dari Kuala Lumpur dan Port Dickson yang berjarak 90,2 kilometer dari kota yang sama yang melayani rute Malaysia – Indonesia.
"Kedua pelabuhan ini juga menjadi pelabuhan pilihan para WNI untuk mudik," kata Hemi.
Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang jelang Lebaran, otoritas Port Klang menambah jumlah armada kapal dan jadwal kapal yang dioperasikan menjadi setiap hari dari jadwal operasi normal sebelumnya yaitu tiga kali seminggu.
Sementara itu, meski arus penumpang di Port Dickson meningkat.
Namun, peningkatannya tidak sebanyak di pelabuhan-pelabuhan lain di Malaysia.
Diperkirakan jumlah penumpang pada tahun ini mengalami penurunan karena banyaknya alternatif pelabuhan yang dapat digunakan.
"Pihak otoritas pelabuhan tetap mengantisipasi lonjakan arus penumpang dengan meminta tambahan kapal dari Port Klang," kata Hemi.
Mengingat jumlah WNI di Malaysia yang cukup besar, melalui peninjauan ini Jonan ingin memastikan warga Indonesia yang hendak mudik menggunakan kapal dapat kembali ke Tanah Air dengan selamat, aman, dan nyaman.
Hal ini sejalan dengan fokus kerja Kementerian Perhubungan untuk senantiasa meningkatkan keselamatan, keamanan, dan pelayanan transportasi bagi seluruh masyarakat Indonesia.