Kisah Mudik: Kapok Ikuti Pak Ogah Lewat Jalur Alternatif
Berbondong-bondong masyarakat pergi ke kampung halaman masing-masing.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ada beberapa qoute mengenai mudik saat Lebaran yang dilontarkan oleh orang-orang yang terbiasa ikut serta dalam acara tahunan ini: "Lebaran tanpa mudik, ngak asyik," "Kurang afdol kalo ngak mudik," "Apa pun yang terjadi, pokoknya mudik."
Dari beberapa quote tersebut sudah terpapar dengan jelas bahwa mereka sama-sama memiliki
tekad pulang kampung sementara untuk bersilaturahmi kepada sanak saudara di sana.
Berbondong-bondong masyarakat pergi ke kampung halaman masing-masing.
Pengalaman mudik ke kampung halaman juga pernah dilakukan Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.
Beberapa tahun lalu, ada satu pengalaman menarik ketika Tulus mudik ke Purworejo, Jawa Tengah, via jalur Selatan.
"Biasanya saya mengambil jalur Prupuk Purwokerto via Bumiayu, Brebes," kisah Tulus kepada Tribun, Senin (4/7/2016).
Seperti biasanya, jalur tersebut selalu tersendat, bahkan macet, karena berpapasan dengan tiga lintasan Kereta Api.
Waktu itu, karena macet parah, atas anjuran "pak ogah" Tulus ambil jalur alternatif, via persawahan-persawahan.
"Mobil di belakang saya banyak yang mengikuti," ujarnya.
Eh, sampai di tengah ada tanjakan yang tidak bisa dilewati mobil sedan. Sementara dibelakang mpbil Tulus sudah puluhan mobil.
Akhirnya tak ada jalan lain, semua mobil harus berputar haluan, di tengah sawah, menjelang maghrib.
Sambil takbiran kita bersungut-sungut balik lagi ke jalan raya.
"Hikmahnya, jangan terlalu percaya disuruh-suruh pak ogah untuk melewati jalur alternatif . Saya kapok!! Hahaha. Itu kejadian tiga tahun silam," kenangnya.