Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Begini Cara Mengenali Hasil Survei yang Bisa Dipercaya atau Tidak Jelang Pilkada 2017

Survei bisa saja dimanipulasi, sehingga hasilnya dapat menguntungkan pihak tertentu bila dipublikasikan.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Begini Cara Mengenali Hasil Survei yang Bisa Dipercaya atau Tidak Jelang Pilkada 2017
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ilustrasi hasil survei 

Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 yang dilaksanakan di Jakarta dan 100 wilayah lainnya, lembaga survei mulai rajin memaparkan hasil survei terkait elektabilitas para calon peserta.

Masyarakat akan terus disuguhkan oleh informasi mengenai elektabilitas para kandidat sampai pilkada dilaksanakan.

Permasalahannya, apakah semua informasi tersebut dapat dipercaya? Kalaupun tidak bisa dipercaya, bagaimana cara mengenalinya?

Managing Director Manilka Research & Consulting, Herzaky Mahendra Putra, mengakui bahwa survei bisa saja dimanipulasi, sehingga hasilnya dapat menguntungkan pihak tertentu bila dipublikasikan.

Kata dia, kelompok masyarakat yang belum menentukan pilihannya, bisa saja jatuh hati dengan kandidat tertentu setelah mengetahui elektabilitas sang kandidat yang luar biasa.

Dengan kata lain, hasil survei tersebut menguntungkan sang kandidat yang elektabilitasnya luar biasa itu.

Berita Rekomendasi

"Karena ada teori, kita cenderung ingin bersama pemenang," ujarnya kepada Tribunnews.com.

Untuk kasus Jakarta, diprediksi akan ada lebih dari 20 persen swing voter, atau massa yang belum menentukan pilihannya.

Menurut Herzaky, suara mereka bisa saja didulang, melalui manipulasi hasil survei.

Menjelang pilkada serentak, Herzaky mengimbau masyarakat untuk jeli mengenali mana hasil survei yang bisa dipercaya dan mana yang tidak.

"Itu bisa dikenali. Pertama, kalau ada rilis hasil survei dan sang kandidat yang elektabilitasnya paling tinggi hadir di acara itu, itu perlu dicurigai," katanya.

Selain itu, bila hasil survei menunjukan bahwa kandidat dengan elektabilitas tertinggi adalah seseorang yang terus-terusan dikritik oleh media, maka hasil survei tersebut patut dicurigai.

"Soalnya bagaimanapun juga, pemberitaan itu berpengaruh. Kalau terus terusan dikritik tapi elektabilitasnya terus di atas, itu patut dicurigai," terangnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas