Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasukan Elite TNI dan Polri yang Kepung Kelompok Santoso

Sekitar 400 personel dari jumlah tersebut merupakan pasukan elit dari TNI dengan spesifikasi kemampuan dan keahlian berbeda.

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pasukan Elite TNI dan Polri yang Kepung Kelompok Santoso
TRIBUN TIMUR/HO
Anggota Satgas Operasi Tinombala usai mengevakuasi jenazah terduga teroris Santoso di Poso, Senin (18/7/2016). Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur tersebut diduga berhasil dilumpuhkan dalam sebuah baku tembak di kawasan pegunungan di kawasan Poso Sulawesi Tengah. TRIBUN TIMUR/HO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Alfa 29 Batalyon Infantri 515 Komando Strategi TNI Angkatan Darat (Kostrad) berhasil menembak mati pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sekaligus gembong teroris paling dicari polisi selama lima tahun terakhir, Santoso, dalam baku tembak di hutan pegunungan Tambarana, Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Senin (18/7/2016).

Tim tersebut adalah satu di antara sejumlah pasukan elite dari TNI yang tergabung dalam Satgas Tinombala TNI/Polri dengan misi penumpasan kelompok Santoso.

Kepala Penerangan Kodam VII Wirabuana, Letnan Kolonel Infantri Alamsyah ada 3 ribu personel TNI dan Polri yang diterjunkan dan tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala.

Setengahnya berasal dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Sekitar 400 personel dari jumlah tersebut merupakan pasukan elit dari TNI dengan spesifikasi kemampuan dan keahlian berbeda.

"Hampir semua satuan elite TNI ada di dalam operasi ini," ujar Alamsyah, Kamis (21/7/2016).

Di antara satuan elite TNI itu adalah, Komando Pasukan Khusus (Kapassus) dengan beberapa personel Satuan Gultor 81, Korps Marinir beserta anggota Denjaka, Raider Yonif Kostrad dan Badan Intelijen Strategis (BAIS).

Berita Rekomendasi

Sementara, pasukan elit dari Polri, di antaranya Korps Brimob dan Detasemen 88 Antiteror.

Mereka disebar untuk mengejar kelompok Santoso di empat sektor. Sentor I di wilayah Poso Pesisir Utara Tambaran, Sektor II di wilayah Tokorondo, Sektor III di wilayah Poso Pesisir Timur dan Sektor IV di wilayah Nako.

Sementara, tim Alfa 29 Yonif 515 Kostrad yang bermarkas di Jember mulai diterjunkan ke Sektor I Operasi sejak 13 hari lalu dari Desa Tambarana, yang diketahui kampung istri Santoso, Warni.

Menurut Alamsyah, keberhasilan penyergapan Santoso dan Muchtar di sebuah gubuk di tengah hutan pegunungan tidak terlepas karena keahlian sembilan raider Kostrad yang tergabung dalam tim Alfa 29 dalam membaca tanda jejak manusia.

"Lokasi penyergapan Santoso dan Muchtar masuk wilayah hutan lebat pegunungan Tambarabana. Medannya terjal. Raider Kostrad tiga hari mengendap-endap ke sana. Tapi, mereka sudah terlatih dan disiapkan untuk perang dengan kondisi alam seperti itu," kata Alamsyah.

"Jadi, mereka bisa sampai ke titik gubuk itu karena melihat ada tanda-tanda manusia naik ke atas pegunungan ke titik itu. Mereka militer profesional, meski tidak hujan dan tidak ada jejak kaki di permukaan tanah, militer profesional bisa tahu tanda atau petunjuk jejak manusia atau hewan di alam hutan seperti itu," sambungnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas