Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pejabat BNN Diduga Terima 450 Miliar Rupiah dari Freddy Budiman

Kesaksian mengejutkan datang dari Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Pejabat BNN Diduga Terima 450 Miliar Rupiah dari Freddy Budiman
surya/galih lintartika
Makam terpidana mati Freddy Budiman digenangi air. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kesaksian mengejutkan datang dari Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar.

Ia mengaku sempat bertemu dengan gembong narkoba Freddy Budiman di Lapas Nusakambangan tahun 2014 silam, jauh sebelum eksekusi dilakukan.

Saat pertemuan tersebut Freddy menceritakan banyak hal, salah satu yang membuat terkejut adalah adanya setorang uang Rp 450 miliar ke pejabat Badan Narkotika Nasional (BNN) dan pejabat di Mabes Polri sebesar Rp 90 miliar.

Haris Azhar yang dikonfirmasi soal ini juga membenarkan bahwa Freddy sempat bercerita kepada dirinya soal hal tersebut.

"Benar Freddy bercerita kepada saya mengenai hal tersebut," kata Haris.

"Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyelundupkan narkoba, saya sudah memberi uang 450 miliar ke BNN," ujar Freddy kepada Haris saat itu.

"Saya sudah kasih 90 miliar ke pejabat tertentu di Mabes Polri." ujar Freddy.

Berita Rekomendasi

Kesaksian Haris Azhar mengenai Freddy Budiman sempat membuat heboh jejaring sosial.

Di situ diceritakan pula bahwa Haris bertemu dengan John Refra alias John Kei, juga Freddy Budiman, terpidana mati kasus Narkoba.

Kemudian Haris juga sempat bertemu Rodrigo Gularte, narapidana WN Brasil yang dieksekusi pada gelombang kedua (April 2015).

Kepala Lapas Nusakambangan Sitinjak saat itu juga memberikan kesempatan kepada Haris untuk bisa berbicara kepada Freddy Budiman.

Menurut Haris Sitinjak sangat tegas dan disiplin dalam mengelola penjara.

Bersama stafnya lanjut Haris, Sitinjak melakukan sweeping dan pemantauan terhadap penjara dan narapidana.

Sitinjak hampir setiap hari memerintahkan jajarannya melakukan sweeping kepemilikan handphone dan senjata tajam.

Bahkan ia melihat sendiri hasil sweeping tersebut ditemukan banyak sekali handphone dan sejumlah senjata tajam.

Tetapi malang, nasib Sitinjak kemudian berubah di tengah kerja kerasnya membangun integritas penjara yang dipimpinnya, termasuk memasang dua kamera selama 24 jam memonitor Freddy Budiman.

Sitinjak pernah bercerita beberapa kali diminta pejabat BNN yang sering berkunjung ke Nusakambangan agar mencabut dua kamera yang mengawasi Freddy Budiman tersebut.

"Saya menganggap ini aneh, hingga muncul pertanyaan, kenapa pihak BNN berkeberatan adanya kamera yang mengawasi Freddy Budiman? Bukankah status Freddy Budiman sebagai penjahat kelas "kakap" justru harus diawasi secara ketat? Pertanyaan saya ini terjawab oleh cerita dan kesaksian Freddy Budiman sendiri,"ujar Haris.

Freddy juga mengaku pernah menggunakan fasilitas mobil TNI seorang jenderal bintang dua.

Kala itu sang jenderal duduk di samping dirinya ketika saat perjalanan dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. "Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun," kata Freddy
.
Kapolri Selidiki Pengakuan Freddy

Atas informasi dari Haris Azhar tersebut Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengaku akan menyelidiki soal kebenaran dari cerita Freddy.

Selain menyelidiki soal kebenaran, Tito juga sudah mengutus Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar untuk menemui Harris.

"Saya tugaskan Pak Kadiv Humas untuk bertemu Pak Haris Azhar, kalau memang ada data lengkap akan kami follow up," kata Tito.

Tito menambahkan, apabila informasi yang didapat hanya data seperti yang viral itu saja. Maka menurut Tito bisa diterjemahkan itu adalah alasan yang bersangkutan untuk menunda eksekusi"Supaya ramai jadi tunda eksekusi," katanya.

BNN Lakukan Penelusuran
Direktur Pemberdayaan Alternatif Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Brigjen (Pol) Fatkhur Rahman mengatakan, BNN akan menelusuri informasi yang menyebut adanya oknum BNN yang bekerja sama dengan salah satu terpidana mati kasus narkotika, Freddy Budiman.

"Sementara ini baru informasi, nanti kami cek kebenarannya. Memang kalau seperti ini banyak informasi simpang siur, apalagi Freddy Budiman kelasnya sudah mendunia, sehingga banyak yang berkepentingan," ujar Fatkhur kemarin.

Meski demikian, Fatkhur mengatakan, tidak tertutup kemungkinan adanya keterlibatan aparatur penegak hukum maupun kementerian dan lembaga dalam jalur peredaran narkotika.

Namun, ia mengingatkan komitmen Presiden Joko Widodo bahwa tidak ada kompromi bagi siapa pun oknum pemerintah yang terlibat dalam narkoba.

"Tanpa terasa, kami kalau tidak pintar bisa terayu dan tergiur untuk terlibat. Masalah keterlibatan oknum bisa saja terjadi di mana pun, termasuk BNN dan kepolisian," kata Fatkhur.

Eks Kalapas Bungkam
Sitinjak, mantan Kalapas Nusakambangan ikut disebut-sebut terkait kesaksian Freddy Budiman kepada Koordinator Kontras Haris Azhar.

Namun ia enggan mengomentari apa yang disebut Haris Azhar terutama soal adanya tekanan dari salah seorang pejabat BNN mengenai kamera pengawas.

"Saya tidak mau berkomentar, saya hanya menjalankan tugas dari atasan saya saat itu untuk melakukan pengawasan ketat," jelas Sitinjak.

Sitinjak menegaskan selama berdinas di LP Nusakambangan dia tidak pernah mencopot CCTV yang mengawasi Freddy.

"Tidak boleh ada yang mengintervensi, saya hanya patuh pada atasan saya. Tugas saya melindungi institusi, jadi lebih baik saya tidak menanggapi itu," tegas dia.

Lebih jauh Sitinjak mengatakan bahwa semua orang tahu mengenai cerita Freddy Budiman tersebut. Karena Freddy memang cerita kemana-mana.

"Semua Napi tahu cerita Freddy Budiman itu, jadi ya sudahlah ya," tegas dia.

Sitinjak juga sempat menasehati Freddy agar menjadi seorang manusia yang baik karena hidupnya sudah tidak lama lagi.

"Saya selama di sana memanggil Freddy tiga kali. Saya katakan ke dia, saya tidak butuh uang kamu. Di masa sisa hidup kamu jadilah manusia, saya butuh kamu jadi orang baik," tegas Sitinjak.

Sosok Sitinjak ini memang dikenal memiliki catatan bagus. Dia ditunjuk Denny Indrayana yang saat itu menjadi Wamen untuk membenahi LP Nusakambangan. Sitinjak dikenal memiliki integritas dan tidak kompromi. (tribunnews/amriyono/theresia felisiani/kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas