Pemerhati Pendidikan UNJ Kritik Gagasan Mendikbud Full Day School
Sesungguhnya yang harus dibuat pengganti Anies Baswedan itu adalah sekolah menjadi nyaman
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerhati pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jimmy S Paat mengkritik alasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menggagas sistem "full day school" untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta.
"Jika yang dilihat Mendikbud bahwa anak-anak karena pulang di bawah jam 4 atau 3 siang maka ada ruang untuk berbuat tidak baik. Ini argumen yang dipertanyakan," kata Jimmy kepada Tribunnews.com, Selasa (9/8/2016).
Sesungguhnya yang harus dibuat pengganti Anies Baswedan itu adalah sekolah menjadi nyaman, menyenangkan dan menjadi tempat bagi anak-anak untuk cinta belajar.
"Jika ini yang dilakukan, pak Menteri tidak perlu memperpanjang waktu berada di sekolah," ujarnya.
Mendikbud Muhadjir Effendy menggagas sistem "full day school" untuk pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta.
Alasannya agar anak tidak sendiri ketika orangtua mereka masih bekerja.
"Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Mendikbud di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (7/8/2016).
Menurut dia, kalau anak-anak tetap berada di sekolah, mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolah sampai dijemput orangtuanya seusai jam kerja.
Selain itu, anak-anak bisa pulang bersama-sama orangtua mereka sehingga ketika berada di rumah mereka tetap dalam pengawasan, khususnya oleh orangtua.
Untuk aktivitas lain misalnya mengaji bagi yang beragama Islam, menurut Mendikbud, pihak sekolah bisa memanggil guru mengaji atau ustaz dengan latar belakang dan rekam jejak yang sudah diketahui.
Jika mengaji di luar, mereka dikhawatirkan akan diajari hal-hal yang menyimpang.
Menyinggung penerapan full day school dalam pendidikan dasar tersebut, mantan Rektor UMM itu mengatakan bahwa hal itu saat ini masih terus disosialisasikan di sekolah-sekolah, mulai di pusat hingga di daerah.