Ketua DPD RI: Menerapkan Full Day School di Indonesia Tidak Mudah
Ketua DPD RI Irman Gusman mengatakan tidak ada yang salah dalam wacana Mendikbud Muhadjir Effendy terapkan Full Day School, tapi...
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPD RI Irman Gusman mengatakan tidak ada yang salah dalam wacana Mendikbud Muhadjir Effendy terapkan Full Day School, namun infrastruktur pendidikan harus sangat diperhatikan.
"Tidak ada masalah (terapkan Full Day School) seandainya infrastrukturnya cukup, hanya pertanyaannya kan bagaimana infrastruktur pendidikan kita yang bervariasi, di kota, kota besar, kota kecil, apalagi di pedesaan," ujar Irman, saat ditemui di Ruang Media Center, Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Menurutnya, menerapkan program Full Day School tidak mudah lantaran kondisi daerah satu berbeda dengan daerah lainnya.
"Oleh karena itu, masalah pendidikan yang Full Day School itu harus disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing saja, disesuaikan dengan di kota DKI misalnya, itu berbeda sekali dengan di daerah lain," tuturnya.
Selain itu, ia menuturkan bahwa pendidikan tidak hanya didapatkan dari sekolah saja, namun juga fondasinya berawal dari keluarga.
"Yang paling penting kan hakekat dari pendidikan itu kan bukan hanya di sekolah, pendidikan itu juga dimulai dari rumah tangga (keluarga)," jelasnya.
Pria kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat tersebut pun menambahkan peran orangtua sangat penting dalam membangun karakter sang anak.
"Jadi, orangtua pun juga mengambil bagian dalam membangun karakter," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy menciba membuat terobosan dengan menggagas sistem 'Full Day School' yang diperuntukkan bagi siswa pada pendidikan dasar (SD dan SMP), baik negeri maupun swasta.
Alasan digagasnya sistem tersebut lantaran Mendikbud tidak ingin para anak terabaikan ketika orangtua mereka masih bekerja.
Muhadjir berdalih, para anak tersebut bisa menyelesaikan tugas di lingkungan sekolah hingga orangtua mereka datang menjemput.
Selain itu, Muhadjir juga mengajukan ide terkait aktivitas rohani siswa, yakni pihak sekolah bisa memanggil ustadz untuk mengajarkan sang anak mengaji bagi yang beragama islam, begitu pula agama lainnya.