Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kecewa Pemerintah, Mantan Atlet Nasional Ini Buang Puluhan Medali ke Laut

"Belasan tahun saya menantikan jadi PNS, tapi semua itu omong kosong saja," kata Syafii.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kecewa Pemerintah, Mantan Atlet Nasional Ini Buang Puluhan Medali ke Laut
Tribun Jateng
Syafii, atlet dayung yang telah mengkoleksi puluhan medali. 

Saat itu, Syafii tidak menerima kejelasan soal gaji yang diterimanya.

"Entah di tahun berapa saat itu saya pernah digaji. Gaji saya ambilnya di KONI Jateng sebulan Rp 15 ribu. Tapi belum sampai dua tahun, mendadak nama saya dicoret. Saya mengeluh tetapi semuanya saling lempar dan tak ada penjelasan. Saya itu bodoh, membaca saja tidak bisa,"ungkap Syafii.

Jerih payahnya yang dahulu mengharumkan nama Indonesia itu perlahan terlupakan. Ibarat pejuang yang telah gugur di medan pertempuran, ia tak dapat menikmati apa itu sesungguhnya kemerdekaan.

"Dulu orang meneriaki saya untuk menyemangati, sekarang mereka berteriak untuk memesan ikan. Namun saya sangat bersyukur pernah pergi ke luar negeri dan menjadi juara," kata Syafii.

Nasib Sunardi

Sementara itu, Sunardi pun kini menjadi nelayan, sama seperti nasib Syafii, rekan tandemnya saat menjuarai berbagai lomba dayung. Keseharian Sunardi juga jauh dari perhatian pemerintah. Kondisi perekonomian mereka terhitung tak semulus sepak terjangnya di olahraga dayung.

Kesehariannya, Sunardi berangkat subuh dan pulang pada matahari terbenam. "Hasil tangkapan ikan tak menentu, terkadang hingga jam delapan malam, baru balik rumah,"kata Sunardi saat ditemui Tribun di rumahnya di Desa Poncoharjo, RT 01 RW 05, Kecamatan Bonang, Demak, Jawa Tengah, Sabtu (13/8/2016) pagi.

BERITA TERKAIT

Tak semarah Syafii yang membuang medali serta piagam penghargaan, Sunardi masih menyimpan rapi sejumlah medali serta piagam yang ia sabet semasa mengikuti kejuaraan dayung tingkat nasional hingga internasional. Beberapa bukti foto saat menyabet medali perunggu pada kejuaraan dayung internasional di Seoul, Korea Selatan pada 1986 juga masih ada meski sudah usang.

"Untuk medali baik emas, perak dan perunggu jumlahnya ada puluhan, kini tinggal belasan saja. Sisanya ada yang saya jual ke tukang rosok. Dulu sempat emosi juga, namun akhirnya saya menyadari, jika penghargaan ini adalah bukti jika saya pernah merajai dunia dayung kala itu," tutur bapak lima anak dan dua cucu ini.

Sunardi terlihat masih enerjik. Badannya tegap dan ototnya kekar. Pemilik tinggi badan 180 cm itu pun akhirnya berlinang air mata mengenang masa keemasannya. Kala itu ia tak menyangka bakal mendapat ajakan dari Pak Syafii untuk terjun ke dunia dayung.

Syafii sudah lebih dahulu melalang buana pada kejuaraan dayung. Syafii menjadi wakil pertama Indonesia pada kejuaraan dayung di India tahun 1982. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan bersedia dilatih oleh Syafii.

Sunardi mengaku tak pernah minder walau hanya mengeyam bangku SD saja. Ia menyakini Tuhan akan memberikannya kelebihan sekalipun minim pendidikan.

"Tahun 1984 saya berkecimpung di olahraga dayung karena ajakan Syafii. Dia adalah pelatih sekaligus duo saya dalam dayung. Kami itu nelayan miskin dan sering bertemu di laut. Kami pun kerja keras berlatih dayung di tengah laut. Pertandingan dayung baik di luar negeri maupun dalam negeri, kami selalu meraih juara. Kalau kelas Indonesia, kejuaraan apapun kami pasti juara pertama. Kami tak takut meski kami tak berpendidikan. Pedayung saat itu rata-rata orang kaya dan berpendidikan," tutur kelahiran 10 Agustus 1959 ini.

Saat mengikuti kejuaraan internasional, mereka berbulan-bulan berada di negara orang. Sunardi masih ingat betul bagaimana dia menikmati enaknya tidur di hotel berbintang dengan fasilitas mewah hingga bisa naik pesawat terbang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas