IJTI Desak Anggota TNI AU Penganiaya Wartawan di Medan Diproses Hukum
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia mendesak TNI AU menghukum anggota TNI AU yang menganiaya wartawan saat bertugas meliput sengketa lahan.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kekerasan dialami wartawan yang sedang meliput sengketa lahan antara warga dan TNI AU di Jalan SMA Dua Medan, Sumatera Utara, Senin (15/8/2016).
Seorang anggota TNI AU menyisir dan mengambil paksa kamera, tanda pengenal dan dompet wartawan. Selain barang-barangnya dirampas, korban juga ditonjok anggota TNI AU hingga luka di pelipis matanya.
Menyikapi kejadian tersebut, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia meminta TNI AU mengembalikan barang wartawan yang diambil secara paksa oleh anggota TNI AU.
Wartawan Tribun Medan, Array Argus, menjalani perawatan di ruang IGD RS Mitra Sejati, Medan, Sumatera Utara, Senin (15/8/2016). Array satu dari sekian wartawan yang menjadi korban kebrutalan anggota TNI AU di lokasi lahan sengketa di Sarirejo. TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
IJTI juga mendesak adanya proses secara hukum pelaku kekerasan yang juga bertentangan dengan Undang-Undang Pers No 40 Tahun 1999.
Selain dua tuntutan tersebut, IJTI sudah berkoordinasi dengan Dewan Pers untuk mengawal kasus ini supaya tuntas dan menugaskan Satgas Anti Kekerasan terhadap Pers untuk terjun ke lapangan.
IJTI juga menghimbau kepada seluruh wartawan di tanah air, untuk bekerja sesuai kode etik, menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik dan penuh tanggungjawab.
Setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Sejati dan pemeriksaan x-ray di Pramita Lab, wartawan korban penganiayaan anggota TNI AU yang mengamankan sengketa lahan di Sarirejo menuturkan kronologis dirinya dianiaya puluhan anggota TNI AU Lanud Suwondo Medan.
Array Argus, satu dari tiga wartawan korban penganiayaan mengatakan saat itu ia sedang mewawancarai seorang ibu yang anaknya lebih dulu disekap anggota TNI AU.
"Sekitar pukul empat sore tadi aku lagi wawancara dengan ibu-ibu warga Jalan Pipa Dua. Anaknya, Yogi, umur 12 tahun disekap. Tiba-tiba kutengok ada tiga truk TNI masuk, mereka membawa tameng, pentungan dan besi-besi," ujar Array.
Ia mengatakan anggota TNI AU itu langsung turun dari truk dan memukul-mukul rumah warga di kawasan Simpang Teratai.
"Lalu mereka datang ke arah Kami, langsung nanya, 'Kau siapa?' 'Aku wartawan. Mana ID kau? Ini Bang. Tapi yang lain langsung menarik saya, ini yang tadi ini, ambil saja," cerita Array.
Puluhan anggota Paskhas TNI AU itu pun menginjak-injak dan memukulinya.
"Ada satu orang tentara yang nyelamatkan. Aku pun lari ke samping dinding seng. Tapi ada lagi satu tentara datang, kulitnya hitam. Ia langsung menerjangku. Di situ aku kembali dipukuli dan diinjak-injak mereka. Hapeku mau diambil, mereka minta rekaman, aku bilang aku gak ada merekam," imbuh dia.
"Aku diancam dibunuh. Dia bilang kukeluarkan isi perut kau ya, sambil memukulkan pentungan dengan keras ke perut dan rusukku. Itu yang namanya Romel," kata Array.
Selain itu, Array masih mengingat beberapa nama yang memukulinya. "Si Romel itu, aku masih ingat nama yang mukuli, ada Retno, dan Prasetyo. Yang lain enggak bisa aku ingat," ujarnya.
Untungnya Teddy, yang juga wartawan datang menghampirinya, meminta tolong agar Array dilepaskan. Teddy membawa Array dan mereka berusaha keluar dari lokasi menggunakan motor.
"Tapi di tengah jalan, ada pos penjagaan lagi. Kami dihalau-halau, ada yang narik lagi, mau dipukuli lagi. Tapi Teddy langsung tancap gas," masih kata Array.
Setelah itu Array dan Teddy sampai ke lokasi yang lebih aman di sekitar CBD Polonia. Di situlah beberapa wartawan berkumpul.
Selain Array, Andri Safrin wartawan MNC TV juga menjadi korban kebrutalan anggota TNI AU. Hingga saat ini Safrin masih menjalani perawatan di RS Mitra Sejati.