Kisah Pengibar Bendera Pusaka yang Tak Izinkan Anaknya Berbahasa Belanda
Sebagian dari anda mungkin belum pernah mendengar nama Brigjend TNI (purn) Abdul Latief Hendraningrat. Tapi siapakah dia?
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sebagian dari anda mungkin belum pernah mendengar nama Brigjend TNI (purn) Abdul Latief Hendraningrat. Tapi siapakah dia?
Brigjend TNI (purn) Abdul Latief Hendraningrat adalah sosok yang mendapatkan kehormatan untuk mengibarkan bendera Merah Putih pertama kalinya saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Dia ditemani dengan bernama Soehoed Sastro Koesomo yang merupakan anggota dari tentara pelopor.
Abdul Latief kala itu memiliki pangkat Sudanco (Setara Kapten,-red) dan menjadi sekretaris militer presiden dan penunjukkan dirinya bukan tanpa sebab.
Anak Abdul Latief, Tuning Citraningsih Sukobagjo menjelaskan ayahnya merupakan sosok yang sangat disiplin baik kepada negara maupun di dalam rumah.
“Saya tidak tahu persis alasan Bung Karno menunjuk ayah saya jadi pengibar bendera. Mungkin karena dia sangat disiplin sebagai tentara Peta hingga menjadi kepala SSKAD,” jelasnya saat ditemui di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta.
Kedisiplinannya sebagai tentara itu yang kemudian berimbas kepada empat orang anaknya.
Tuning menuturkan dia dan adik-adiknya mendapatkan perlakuan ala militer saat berada di rumah dan keempatnya tidak ada satupun yang diperbolehkan untuk berbahasa Belanda.
“Kami dilarang untuk berbahasa Belanda, tahu saja tidak. Padahal di dekat rumah, ada sekolah Belanda yang bagus. Kami akhirnya di sekolahkan di Sekolah Rakyat,” tutur wanita berusia 70 tahun itu.
Namun begitu, anak dari Abdul Latief Hendraningrat diperbolehkan untuk belajar bahasa Inggris, karena Abdul Latief telah mengatakan bahwa Bahasa Inggris suatu saat nanti akan menjadi bahasa dunia.
“Yang saya kagumi, ayah saya dulu pernah bilang ke anak-anaknya, nanti bahasa Inggris akan menjadi bahasa dunia. Itu dikatakan saat saya masih SD,” jelas Tuning.
Selain menjadi tentara, Abdul Latief, kata Tuning juga sangat suka mengajar berbagai macam pelajaran terutama yang berkaitan dengan kebangsaan.
Dari hal itu, Abdul Latief akhirnya ditunjuk sebagai Rektor pertama IKIP Jakarta atau yang saat ini bernama Universitas Negeri Jakarta pada periode 1964-1965.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.