Rawan Jadi Tempat Transit Teroris, Polres Sangihe Rajin Sisir Pulau Tidak Berpenghuni
Daerah Sangihe merupakan tapal batas antara Indonesia dengan Filipina.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, TAGULANDANG - Daerah Sangihe merupakan tapal batas antara Indonesia dengan Filipina.
Hanya butuh waktu beberapa jam mengarungi samudera, kita bisa tiba di Filipina.
Sebagai antisipasi masuknya teroris baik dari Filipina atau negara lain ke Indonesia kemudian ke Poso bergabung dengan Kelompok Santoso, Polres Sangihe lebih menggiatkan penyisiran pulau-pulau.
Wakapolres Sangihe, Kompol Yusuf Baba menuturkan Polres Sangihe membawahi dua kabupaten yakni Sangihe dan Sitaro.
"Kabupaten Sangihe ada 15 kecamatan, 9 polsek, penduduknya 140 juta jiwa serta ada 105 pulau baik yang berpenghuni atau tidak," ujarnya, Jumat (23/9/2016) di Pendopo Tagulandang.
Selanjutnya, kabupaten Sitaro membawahi 10 kecamatan terdiri dari empat polsek, 70 ribu jiwa penduduk, dan 84 pulau baik yang berpenghuni maupun tidak berpenghuni.
Diungkapkan Yusuf Baba, memang hingga kini pihaknya belum menemukan adanya teroris yang menyusup ke wilayah hukum Polres Sangihe.
Tapi, karena letak geografis yang berdekatan dengan Filipina dan Poso maka tidak menutup kemungkinan wilayah Sangihe menjadi lokasi transit para teroris.
Lebih lanjut, Kabag Ops Intel Polres Sangihe, Ipda G Abas menuturkan untuk mengantisipasi adanya teroris yang transit atau bersembunyi di Sangihe, pihaknya rajin melakukan patroli penyisiran di pulau-pulau.
"Kami rutin memantau pesisir sampai pulau tidak berpenghuni. Karena tidak dipungkiri sebagai tapal batas pasti ada pelaku-pelaku kejahatan termasuk teroris dan radikalisme," katanya.
G Abas mencontohkan beberapa waktu lalu, ada warga negara Cina yang masuk ke wilayah Sangihe menggunakan kapal dan itu berhasil dideteksi sampai akhirnya dipulangkan imigrasi ke negaranya.