Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mendikbud akan Ubah Mekanisme Penyaluran KIP

Mendikbud Muhadjir Effendy mengungkapkan akan ada perubahan mekanisme penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Mendikbud akan Ubah Mekanisme Penyaluran KIP
SURYA/SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO
PANTAU KIP - Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI bertanya pada siswi dalam kunjungan untuk memantau distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP) di SDN Mangliawan 1, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jumat (2/9/2016). Mendikbud RI melakukan serangkaian kunjungan ke beberapa sekolah untuk melihat langsung distribusi dan pencairan KIP di Kabupaten dan Kota Malang. SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengungkapkan akan ada perubahan mekanisme penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP).

"Nanti akan kita lewatkan langsung ke sekolah. Saya akan mohon presiden untuk kita salurkan lewat sekolah memakai data pokok pendidikan. Data pokok pendidikan itu daftar anak miskin yang sudah di sekolah. Ini penting jangan sampai mereka drop out kan," ujar Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (6/10/2016).

Muhadjir menjelaskan, selama ini penyaluran KIP melalui desa menggunakan data terpadu penanggulangan kemiskinan.

Daru data itu, KIP disalurkan desa kepada masyarakat yang terdata memiliki anak yang sudah bersekolah.

"Makanya ini kemarin agak rumit, karena itu sampai batas akhir Oktober itu nanti semua kartu yang beredar di desa itu, kita anggap sudah tidak berlaku, kemudian sisanya yang belum beredar kita ambil alih. Kita alirkan lewat sekolah berdasarkan data pokok pendidikan," ucap Muhadjir.

Mekanisme penyaluran KIP sebelumnya juga diragukan oleh Muhadjir lantaran data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipakai adalah data tahun 2011 yang diperbarui di tahun 2012. Data tersebut juga nyatanya tidak banyak yang diperbarui.

"Mau diberi bantuan ternyata sudah pada menikah dan memang juga ada yang memang tidak berniat untuk masuk sekolah. Misalnya sudah tamat SD, dia di area perkebunan teh, sudah merasa nyaman menjadi bekerja di perkebunan teh itu," ucap Muhadjir.

BERITA TERKAIT
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas