PDIP: DPR Jadi Adem Lantaran Keberhasilan Pemerintahan Jokowi-JK
sikap parlemen yang menyetujui program-program pemerintahan selama dua tahun ini karena konsekuensi dari keberhasilan Presiden Joko Widodo memimpin
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Yulis Sulistyawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com,. Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menilai sikap parlemen yang menyetujui program-program pemerintahan selama dua tahun, adalah konsekuensi dari keberhasilan Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla memimpin negeri ini.
Presiden Jokowi melakukan konsolidasi dengan partai-partai politik yang berujung mendapatkan dukungan yang kuat. "Logis, ketika di pendukung (DPR) tidak mengritik," kata Anggota Komisi XI DPR itu.
Eva juga menduga situasi adem di parlemen dalam menyikapi program pemerintah karena partai-partai politik sedang menghadapi persoalan intern.
Bagi Eva Sundari,sulit mengkritik Presiden Jokowi dengan dukungan masyarakat sebanyak 60 persen.
"Energinya berat ke dalam daripada keluar," kata Eva Kusuma Sundari.
Pendapat Eva Sundari diamini Peneliti Formappi Lucius Karus yang menilai situasi internal parpol rawan konflik.
Beberapa parpol selama setahunan terakhir terlibat dalam konflik yang melahirkan kepengurusan ganda.
"Ini membuat soliditas visi dan misi partai-partai sulit dikonsolidasikan di parlemen. Bagaimana mau melakukan pengawasan maksimal kepada pemerintah, jika di internal mereka saja masih belum bersatu?" tanya Lucius.
Persoalan itu, kata Lucius membuat partai politik menjadi mudah untuk dipengaruhi atau diintervensi. Dan kekuatan untuk itu ada di pemerintah.
Oleh karena itu pemilihan pimpinan partai-partai selalu dekat dengan dugaan intervensi pemerintah.
"Calon pimpinan yang didukung pemerintah umumnya akan bisa menang. Dan sebagai balasannya, partai-partai seolah-olah berada di bawah bayangan pemerintah," kata Lucius.
Sementara Eva Kusuma Sundari menilai dukungan kuat masyarakat kepada Presiden Jokowi membuat politikus menjadi kikuk. "Kalau kita berhadapan dengan rakyat jadi tidak nyambung," kata Eva.
Eva juga melihat situasi politik di era Jokowi berbeda dengan SBY. Saat itu, geliat oposisi yang diwakili PDIP dan Gerindra menarik perhatian masyarakat.
"Rakyat tidak terlalu mendukung (SBY), tidak kayak Jokowi di internasional kuat. Sekarang partai-partai enggak berani dengan masyarakat,"tutur Eva kepada Tribunnews.com.