Lewat Pelepah Sawit, Tiga Mahasiswa Universitas Brawijaya Lahirkan BIOLATE
Tiga mahasiswa Universitas Brawijaya ini punya mimpi mulia, sudah separuh jalan mengolah pelepah sawit jadi bioetanol sebagai energi baru terbarukan.
Penulis: Y Gustaman
"Kami kurang ahli di tenaga bioteknologi. Kami harus belajar ulang. Itu yang membuat penelitian kami lama. Sambil jalan, dapat informasi langsung kami terapkan. Kekurangannya di situ, akhirnya kami dapat," Nada menambahkan.
Wisnu, Nada dan Ameiga serempak mengatakan selama proses inkubasi, kelompoknya berusaha memangkas empat fase pembuatan bioetanol menjadi tiga fase saja. Sehingga tahap produksi lebih efektif agar tak banyak memakan ongkos.
"Sekarang kita mencoba menggabungkan proses hidrolisis dan fermentasi, menggunakan arming yeast sehingga harga lebih murah," Wisnu menambahkan.
Kehabisan Uang Saku
Mendapat pendampingan Pertamina selama tiga tahun benar-benar mereka manfaatkan semaksimal mungkin. Tahun pertama mereka mengoptimasi hasil proyek mereka yang diparesiasi juri di Olimpiade Sains Nasional Pertamina 2015 lalu.
Pada tahun kedua, mereka melakukan pilot plan. Di masa ini mereka berupaya menggandakan proses produksi lebih banyak. Tahun terakhir, proyek mereka bisa diaplikasikan.
Mereka tak lagi kesulitan mencari laboratorium seperti proses awal dulu untuk memantapkan formula, agar kandungan bioetanol yang dihasilkan bisa 99 persen.
Kini, mereka mendapat kemudahan memakai laboratorium LIPI di Serpong, Tangerang Selatan, hasil kerja sama dengan Pertamina.
"Skala laboratorium LIPI untuk produksi mililiter. Peralatannya di sana lengkap," kata Nada lalu melanjutkan, "Di LIPI kami mendapat bimbingan di laboratorium biotek, jadi kami sangat terbantu."
Jauh sebelum itu, Ameiga bercerita, tak sedikit uang mereka terkuras menyewa laboratorium di kampus lain atau milik swasta. Sampai-sampai mereka lupa sudah berapa banyak uang jajannya terkuras demi penelitian bioetanol.
"Sudah banyak uang yang kami habiskan. Suka dukanya di situ, kadang kami harus merepotkan orangtua," ungkap Ameiga.
Tak semua tahapan penelitian bisa selesai di satu laboratorium. Mereka harus pindah ke laboratorium lain karena tidak semua alat ada di satu laboratorium. Tentu saja untuk berpindah dari satu laboratorium ke laboratoirum lain butuh dana.
Setelah mendapat pendampingan dari Pertamina dibantu LIPI, Nada, Wisnu dan Ameiga berusaha keras menyempurnakan proyek BIOLATE. Mereka berharap keinginannya tercapai, menjadikan pelepah sawit sebagai energi baru terbarukan ke depannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.