Kisah Penerbang TNI AD Saat Operasi Mapenduma yang Jarang Diketahui Publik
delapan heli terbang dalam formasi trail dengan teknik Mobud (mobile udara) dan dikawal gunship BO-105. Tujuan mereka sama: Memburu kelompok OPM
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Tanggal 8 Januari 1996, Kodim Jayawijaya, Irian Jaya, menerima laporan dari Mission Aviation Fellowship cabang Wamena, bahwa sejumlah peneliti yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz ’95 disandera kelompok OPM Kelly Kwalik di desa Mapnduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya.
Menyikapi kondisi ini, Mabes ABRI segera mengambil langkah-langkah penanggulangan. Sekitar bulan Maret, dua Bell-412 serta satu heli serang BO-105 diberangkatkan dari Semarang ke Wamena dengan menggunakan pesawat C-130 Hercules.
Para penerbangnya di antaranya Mayor CPN Pujono, Mayor CPN Nyoman, Kapten CPN Joko Tamtomo, dan Lettu CPN Heru Subarmanto.
Bersamaan dengan pengiriman kedua heli ini, Penerbad juga mengirim kru pengganti heli Bell-205 yang sedang penugasan di Dili, Timtim dengan penerbang Lettu CPN Eko Priyanto dan kopilot Lettu CPN Slamet Riyadi. Tugasnya memperkuat Satgas Rajawali.
Kedatangan kedua heli di Wamena memang segera disambut perintah operasi. Setidaknya kedua heli dua kali melaksanakan serbuan dari Kodim Wamena ke Mapnduma.
Serbuan ini memang tidak berhasil, karena lokasi yang didatangi didapati sudah ditinggal pergi oleh OPM.
Rupanya situasi di Irian terus memanas. Berbagai upaya damai yang diupayakan Pemerintah Indonesia tidak ditanggapi balik oleh Kwalik. Namun hasilnya tetap nihil, karena sampai bulan Maret, kelompok penyandera bergeming tidak akan melepaskan sandera sebelum mendapat pengakuan pemerintah RI terhadap keberadaan negara Republik Papua Barat.
Berpacu dengan waktu, Danjen Kopassus Brigjen TNI Prabowo Subianto sepertinya sudah tidak sabar.
Cara-cara kuno negosiasi dengan maksud mengulur-ulur waktu supaya mendapat perhatian lebih luas lagi, sangatlah menjemukan bagi pasukan ABRI yang sudah disiagakan.
Saat itu seperti banyak kemudian dikutip media massa, Prabowo banyak mengambil inisiatif operasi dengan melakukan berbagai upaya pembebasan.
Apalagi sebelumnya sudah diketahui bahwa para sandera yang berasal dari Inggris, Jerman, dan Belanda, sudah berkirim surat ke negaranya masing-masing melalui misionaris Frank Momberg.
Ada reputasi dan harga diri bangsa yang juga harus diselamatkan, selain tentu para sandera. Jangan sampai surat dari para sandera itu menjadi semacam “undangan” kepada negara yang warganya disandera untuk mengirimkan assault team.
Laporan terakhir menyatakan bahwa kelompok Kwalik tengah menggiring para sandera ke arah Geselama.
Karena situasi yang semakin tak menentu inilah, dua Bell-412 yang berada di Wamena diperintahkan untuk menggeser posisi ke Timika. Begitu juga kru Bell-205 yang baru seminggu bertugas di Dili, juga diperintahkan segera ke Timika untuk memperkuat.