Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Penerbang TNI AD Saat Operasi Mapenduma yang Jarang Diketahui Publik

delapan heli terbang dalam formasi trail dengan teknik Mobud (mobile udara) dan dikawal gunship BO-105. Tujuan mereka sama: Memburu kelompok OPM

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Kisah Penerbang TNI AD Saat Operasi Mapenduma yang Jarang Diketahui Publik
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Penerbad 

Sambil menunggu negosiasi yang menjemukan itu, Satgas Pembebasan Sandera memulai langkah persiapan dengan melaksanakan sejumlah latihan.

Latihan dilakukan mulai dari tingkat perorangan, kelompok hingga gabungan. Baik oleh pasukan penyerbu dari Kopassus dengan kekuatan inti dari Den-81, maupun detasemen Penerbad.

Termasuk satu heli serang BO-105 yang diterbangkan Lettu CPN Wahyu Jatmiko, yang pada bulan April sudah naik pangkat menjadi kapten.

Namun karena di Timika tidak ada yang menjual pangkat ABRI, selama itu Wahyu akhirnya tetap menggunakan pangkat lettunya. BO-105 melaksanakan latihan penembakan roket secara terpisah di tempat khusus.

Medan berat yang menanti sangat disadari oleh segenap pelaku. Semua tahu bahwa Irian Jaya adalah medan yang sangat sulit untuk ditaklukkan.

Tidak hanya oleh pasukan darat tapi juga oleh para “Prajurit Terbang” Penerbad. Karena itu latihan menjadi satu-satunya cara untuk membiasakan diri dengan medan berat ini.

Karena baiknya dukungan logistik selama masa persiapan di Timika, moril seluruh pasukan tetap terjaga.

BERITA TERKAIT

Selama persiapan di Timika, latihan dilaksanakan setiap hari. Setelah dilaksanakan secara parsial, dimulailah latihan bersama antara Penerbad dan Kopassus. Secara kebetulan, hampir seluruh tim yang terlibat baik dari Penerbad maupun Kopassus adalah personel yang sama saat melaksanakan demo pembebasan sandera di Halim beberapa bulan sebelumnya.

Sebagai komandan detasemen Penerbad adalah Kapten CPN Catur Puji Santoso. Sehingga begitu saling bertemu di lapangan, chemistry di antara mereka langsung tersambung antara satu dengan yang lain. Latihan yang dilaksanakan di antaranya fastrope dan rappelling dari heli.

Beberapa insiden mewarnai suasana latihan. Beberapa personel mengalami cedera karena jatuh saat fastrope dari heli.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diduga bahwa beban terlalu berat yang dibawa personel saat latihan menjadi salah satu penyebab kecelakaan. Awalnya prajurit Kopassus yang melaksanakan latihan sudah dengan full gears seperti senjata perorangan, ransel berat, dan rompi antipeluru.

Demi alasan keamanan, sebagian dilepas selama pelaksanaan latihan sehingga tidak ada lagi kecelakaan.

Medan latihan dibuat dalam beberapa skenario. Mulai dari medan berumput, lapangan terbuka, sungai-sungai, hutan belukar hingga di ketinggian. Sebuah pelajaran lagi diperoleh dari latihan di medan berhutan ini.

Meski telah berlatih dengan keras dan mendapat masukan dari para penerbang yang biasa beroperasi di Irian, toh tetap saja masih banyak “ruang misteri” di belantara Irian.

Halaman
1234
Sumber: Angkasa
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas