Meneteskan Air Mata di Kursi Terdakwa, Ahok Mengaku Dulunya Dibesarkan Keluarga Muslim di Belitung
Ia menegaskan, tak ada niat sedikit dirinya untuk menistakan kitab suci umat muslim, Al Quran, apalagi agama Islam.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok meneteskan air mata saat membacakan nota keberatan atas dakwaan penistaan agama Jaksa Penuntut di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (13/12/2016).
Ahok tak kuasa menahan kesedihan kala menceritakan bagaimana dirinya dibesarkan oleh keluarga muslim asal Bugis, (alm) Andi Baso Amier dan (almh) Masaribu Aba bin Aca.
Ahok yang mengenakan batik kuning motif hitam mulanya menceritakan latar belakang dirinya mengutip Surat Al Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu, ucapan yang membuatnya kini duduk di kursi terdakwa kasus penistaan agama.
Ia menegaskan, tak ada niat sedikit dirinya untuk menistakan kitab suci umat muslim, Al Quran, apalagi agama Islam. Ucapan itu terlontar karena dirinya kerap mendapat 'serangan' dari oknum politikus yang menggunakan Surat Al Maidah ayat 51 karena tidak ingin bersaing secara sehat dalam pilkada.
Ahok mengaku sadar, ada tutur bahasa darinya yang tidak sesuai saat itu.
"Ada ungkapan, bahwa hanya Allah atau Tuhan yang tahu, apa maksud ucapan seseorang," ucap Ahok.
Untuk menegaskan kembali tidak ada niatan atau maksud dirinya menistakan Al Quran dan agama Islam, Ahok menceritakan dirinya dibesarkan dan dibantu oleh keluarga angkat muslim asal Bugis.
Ahok mengaku mempunyai ayah dan ibu kandung, (alm) Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsih. Namun, ia mengaku mempunyai orangtua angkat, (alm) H Andi Baso Amir dan (almh) Masaribu Aba bin Aca.
H Andi Baso Amir merupakan mantan Bupati Bone (1967-1970) sekaligus adik kandung mantan Panglima ABRI, M Jusuf.
Ia mengungkapkan, ayah kandung dan ayah angkatnya sudah terikat sumpah untuk menjadi saudara hingga akhir hayat. "Kecintaan saya kepada ayah kandung dan ayah angkat saya sangat berbekas," ucap Ahok dengan suara bergetar seraya menesteskan air mata. Lantas, penashat hukumnya, Sirra Prayuna, memberikan tisu untuk Ahok.
Menurut Ahok, kakak angkat dirinya lah yang membayar biaya kuliah S2 dirinya di Universitas Prasetya Mulya.
Ahok pun kembali meneteskan air mata dan Sirra kembali memberikan tisu untuknya.
Menurut Ahok, dengan dirinya dituduh menistakan agama dan Al Quran, maka sama saja dirinya dituduh tidak menghargai orangtua dan saudara-saudara angkatnya. Menurutnya, dirinya tidak mungkin menghargai orang-orang yang telah berkorban untuk dirinya dan dicintainya.
"Saya sangat mencintai ayah angkat saya. Saya mengangkat keranda mayat ayah angkat saya sampai ke tepi liang lahat. Dan sampai sekarang saya masih rutin ziarah ke makam ayah angkat saya di TPU Karet Bivak," ucapnya.
Ahok pun mengaku masih ingat bagaimana pengorbanan ibu angkatnya. "Hal yang masih saya ingat dari ibu angkat saya, saat di hari H pencalonan saya dan Pak Jokowi, ibu angkat saya sedang sakit keras. Tapi, dia masih sempatkan ke TPS untuk memilih saya," ujarnya.
Ia pun teringat pesan ibu angkatnya sebelum menghembuskan nafas terakhir. Yakni, agar dirinya kelak menjadi gubernur yang membela rakyat kecil.