Hilangnya Dokter Cantik dan Mencuatnya Nama Gafatar
Hilangnya dokter cantik bernama Rica Tri Handayani yang saat itu berdomisili di Yogyakarta mengawali cerita panjang Gafatar.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM - Awal 2016, publik dihebohkan dengan berita tentang organisasi kemasyarakatan bernama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Tribunnews.com mencoba merangkum berita populer seputar Gafatar yang terjadi sepanjang 2016.
Hilangnya dokter cantik bernama Rica Tri Handayani yang saat itu berdomisili di Yogyakarta mengawali cerita panjang mengenai organisasi yang didirikan pada 2012 itu.
Dokter Rica Tri Handayani dan putranya yang dikabarkan menghilang
Rica yang diduga bergabung dengan Gafatar ditemukan polisi bersama anaknya setelah dua minggu menghilang.
Dokter asal Lampung tersebut dijemput polisi di Bandara Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin (11/1/2016), saat hendak terbang menuju Semarang, Jawa Tengah.
Dicurigai sesat
Seiring berjalannya waktu, sejumlah pandangan mencurigai bahwa organisasi Gafatar merupakan aliran.
Di Kupang, misalnya. Pada 2013, kelompok Gafatar yang tersebar di Lembata ini dinilai mengajarkan aliran sesat pada anggotanya.
Kapolres Lembata saat itu AKBP Marthen Johannis mengatakan indikasi awal aktivitas kelompok ini menyatukan bangsa dengan mencampuradukkan ajaran-ajaran agama di Indonesia.
"Inilah yang menjadi pertanyaan, karena mereka mencampuradukkan ajaran agama. Tapi, kami sudah lapor ke pusat, dan kami diperintahkan untuk mengawasi saja kelompok ini," kata Johannis.
Pembakaran Pemukiman Eks Gafatar
Penolakan terhadap Gafatar terjadi di Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, hingga puncaknya terjadi pengusiran.
Massa yang marah membakar pemukiman yang tadinya disinggahi para anggota Gafatar, Selasa (19/1/2016).
Warga Kabupaten Mempawah membakar pemukiman warga mantan Gafatar yang bermukim di Moton Panjang Dusun Pangsuma Desa Antibar Kecamatan Mempawah Timur, Selasa (19/1/2015). Sebelumnya warga lokal telah memberikan peringatan agar warga pendatang eks Gafatar untuk kembali ke daerahnya masing-masing dan tidak mendiami kawasan tersebut. TRIBUN PONTIANAK/MADROSID
Akibatnya, proses evakuasi warga eks Gafatar di pemukiman Moton Panjang berlangsung di tengah kepulan asap yang membara.
Massa yang tidak dibendung oleh pihak keamanan terus merangsek. Satu per satu pondok milik eks Gafatar dirusak dan dibakar oleh massa.
Api tetap menyala sekalipun hujan mengguyur. Petugas pun mempercepat evakuasi, karena massa semakin beringas.
Rombongan kendaraan pejemputan telat datang.
Mereka kemudian dievakuasi menggunakan mobil dalmas milik kepolisian, hingga semua kendaraan pejemputan tiba.
Di tengah hujan deras dan kepulan asap. Para eks gafatar ini di kawal menuju mobil evakuasi. Tua muda sampai anak bayi seluruh tertimpa hujan. Derai air mata pun tampak dipipi para ibu-ibu.
Istana Megah sang Nabi Palsu
Nama Ahmad Mushadeq kembali mencuat setelah disebut-sebut sebagai salah satu pendiri Organisasi massa (Ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Untuk diketahui, Ahmad Mushadeq sebelumnya tersangkut kasus penistaan agama karena mengaku sebagai Nabi.
TribunnewsBogor.com mencoba menelusuri lokasi tempat tinggal Ahmad Mushadeq di Kampung Cimudal, RT 3/9, dan RW 8, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, berada di tengah kawasan wisata alam Gunung Salah Endah (GSE).
Villa Ahmad Musadeq, di kawasan wisata Gunung Salak Endah, Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Warga lebih akrab menyebut daerah itu dengan sebutan kawasan Gunungbunder.
Kawasan termasuk areal wisata alam yang berada tepat di kaki Gunung Salak.
Dibutuhkan waktu sekitar 2 jam dari Kota Bogor untuk sampai di daerah Gunungbunder.
Di lokasi ini terdapat pemandian air panas, Curug Cigamea, Curug Gunung Seribu, Curug Ngumpet, Curug Pangeran, Kawah Ratu dan Curug Cihurang.
Ada banyak penginapan, villa dan bumi perkemahan di lokasi tersebut.
Dari puluhan villa, salah satunya milik Ahmad Mushadeq.
Ada dua villa milik pria tersebut.
Villa milik Ahmad Mushadeq cukup besar dengan halaman yang luas sehingga lebih pas disebut 'Istana'.
Informasi yang dikumpulkan dari warga setempat, lokasi villa Mushadeq yang pertama ada di dekat loket retribusi, tepat di RW 8 .
Namun, TribunnewsBogor.com, tidak berhasil menemukan lokasi villa itu karena bangunannya sudah berubah.
TribunnewsBogor.com kemudian mencari villa kedua yang berada di RT 3/9.
Setelah berputar-putar selama 20 menit, TribunnewsBogor.com akhirnya menemukan villa tersebut.
Untuk masuk ke lokasi 'Istana' Ahmad Mushadeq, harus melalui jalan beton yang hanya cukup untuk satu kendaraan.
Sekitar 300 meter melintasi jalan itu, terdapat sebuah bangunan yang dikeliling pagar bambu.
Pantauan TribunnewsBogor.com, ada empat bangunan di lokasi dengan luas sekitar 3.000 meter persegi itu.
Di depan bangunan terdapat sebuah pendopo dengan meja tenis.
Ada pula pendopo berukuran lebih kecil di sisi pekarangan.
Sebuah bangunan utama tingkat dua ada di pojok halaman.
Seorang penjaga villa membenarkan kalau bangunan mewah itu milik Ahmad Mushadeq.
"Iya betul, tapi bapaknya enggak ada," katanya saat ditanya TribunnewsBogor.com.
Saat ditanya bangunan villa milik Ahmad Mushadeq itu, dia menjelaskan ada empat kamar tidur besar dengan beberapa kamar mandi dan ruang tamu.
"Kalau dapurnya terpisah, tuh disana," kata pria itu sambil menunjuk sebuah bangunan kecil di sisi kiri villa.
Itulah berita populer Tribunnews terkait Gafatar, berita selengkapnya dapat ditelusuri dengan kata kunci Gafatar.(*)