Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Istri Pingsan Berulang Kali Sambut Jenazah Kapten Pnb Jan Saragih

Sekitar pukul 10.00 WIB, jenazah korban, yang dibawa pesawat Boeing TNI AU/AI-7301 mendarat di Lanud Soewondo

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Istri Pingsan Berulang Kali Sambut Jenazah Kapten Pnb Jan Saragih
SURYA/BENNI INDO
Upacara Militer - Upacara militer penyambutan 12 jenazah korban jatuhnya pesawa C-130HS Hercules nomor register A-1334 di Lanud Abd Rachman Saleh, Pakis, Kab Malang, Minggu (18/12). SURYA/BENNI INDO 

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -- Duka mendalam begitu terasa tatkala jenazah Kapten Pnb Jan Hotlan Parlin Saragih tiba di Hangar Landasan Udara (Lanud) Soewondo, Medan, Senin (19/12). Perwira pertama, yang selama ini bertugas di Skuadron 32 Malang tersebut, merupakan satu dari 13 korban tewas jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU di Gunung Lisuwa, Distrik Minimo, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Minggu.

Sekitar pukul 10.00 WIB, jenazah korban, yang dibawa pesawat Boeing TNI AU/AI-7301 mendarat di Lanud Soewondo. Pesawat tersebut diterbangkan Letkol Pnb Beny, dengan rute Malang-Lanud Soewondo. Saat peti jenazah diturunkan, isak tangis keluarga korban pun pecah.

"Jan, kami sayang kamu. Kenapa begitu cepat kamu tinggalkan kami," teriak sejumlah kerabat korban. Sesaat setelah jenazah diturunkan, istri korban Hotriani Kristina boru Purba juga turun dari pesawat.

Perempuan berpangkat Brigadir Kepala (Bripka) dan bertugas di Polres Malang tersebut, terpaksa dibawa pakai kursi roda. Kristina berulang kali pingsan dan meracau ketika digiring ke hangar Lanud Soewondo.

"Aku enggak kuat pi. Aku ditinggal sama anak-anak," ucap Kristiani dengan suara parau.

Kristiani mengatakan, saat suaminya hendak berangkat ke Wamena, ia tak bisa mendampingi ke landasan. Sebab, saat itu ia tidak sehat. "Maafin aku papi. Aku nggak di sampingmu saat kau berangkat. Aku sakit waktu itu," kata Kristiani.

Ia kemudian pingsan. Karena kondisinya cukup lemah, sejumlah keluarga memeluk perempuan berambut ikal tersebut. Beberapa di antara keluarga memberi air mineral kepada Kristiani. Bahkan, dihidung ibu beranak dua tersebut terpaksa dipasang selang oksigen untuk membantu pernafasan.

Berita Rekomendasi

"Kami enggak punya siapa-siapa lagi. Tolong jagai kami semua. Papi, aku sayang kamu pi. Kenapa kamu tinggali aku sama anak-anak," kata Kristiani yang kedua matanya tampak membengkak.

Tak hanya keluarga, sejumlah pelayat dari TNI AU Lanud Soewondo juga menangis. Kerabat korban kembali memeluk Kristiani dan menciumi keningnya berulangkali.

"Sabar ya inang. Kuatkan dirimu. Tuhan lebih sayang suamimu inang," kata sejumlah kerabat yang mendampingi Kristiani.

Jan adalah anak keempat dari empat bersaudara pasangan Jamauli Saragih dan Ulpeinim boru Purba. Dari pernikahannya dengan Bripka Hotriani Kristina boru Purba, korban dikaruniai dua orang putra masing-masing Imanuel Saragih (4) dan Gabriel Saragih (2).

Ketika peti mati ayahnya diletakkan di tengah hangar Lanud Soewondo, Imanuel turun dari gendongan pamannya. Bocah berkulit putih, yang mengenakan jaket loreng itu, lantas memeluk ibunya yang duduk di kursi roda. Melihat pemandangan itu, para pelayat menangis. Tak sedikit pelayat yang berusaha mencium Imanuel dan adiknya Gabriel.

"Sini nak. Peluk ibu, ya nak. Jangan menangis, ya," kata sejumlah pelayat sembari menangis sesenggukan.

Sempat Komunikasi

Di sela-sela upacara penyerahan dan pelepasan jenazah, paman korban, Waldison Purba, mengatakan, kemanakannya tersebut sempat berkomunikasi dengan ibunya, Sabtu lalu. Kebetulan, ibu korban, yang juga kakak kandung Waldison, tinggal di kawasan Tebingtinggi.

"Sabtu kemarin itu kemenakan kami ini sempat menelepon ibunya. Dia tanya, apakah mamak enggak rindu sama kami," ungkap Waldison yang mengenakan kemeja abu-abu. Menjawab pertanyaan itu, tentu ibu korban mengaku rindu.

Namun, ibunya belum sempat berangkat ke Malang untuk menjenguk anak dan kedua cucunya tersebut. "Kalau peristiwa ini, kami dapat kabar dari saudara yang ada di Jakarta. Katanya, kemanakan kami ini ikut terjatuh di pesawat," ungkap Waldison.

Mendengar kabar duka itu, Waldison pun menyalakan televisi di rumahnya. Saat menyaksikan tayangan berita, ia melihat nama Kapten Pnb JH Saragih di urutan kedua, dan dinyatakan meninggal dunia.

"Saya langsung telepon abangnya yang polisi di Simalungun. Saat itu, abangnya pun sudah dapat kabar," kata Waldison.

Ia kemudian mengontak kakak kandungnya, Ulpeinim boru Purba, yang juga ibu kandung korban. "Namanya musibah. Kita hanya bisa berdoa," ungkap pria bertubuh tinggi ini.

Terpisah, sepupu korban, Hesti Sipayung, mengatakan, jenazah Jan akan dimakamkan di kampungnya di Dusun Pagar Jandi, Desa Bandar Meriah Buttuh, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun. Namun, pihak keluarga masih berembuk bagaimana prosesi pemakaman.

"Setelah diserahkan ke kami, jenazahnya langsung diberangkatkan ke kampung. Kami semua akan mendampingi," ungkap Hesti.

Bendera Setengah Tiang

Komandan Lanud Soewondo, Kolonel Pnb Arifien, mengatakan, jenazah Jan akan dimakamkan Selasa (20/12) sore.

"Terima kasih buat rekan media yang telah hadir. Ini adalah prosesi secara militer, penerimaan dan pelepasan jenazah. Untuk pemakaman, mungkin besok akan dilaksanakan," kata Arifien.

Ia mengatakan, sejumlah perwakilan Lanud Soewondo berangkat bersama keluarga korban untuk menggelar prosesi pemakaman secara militer.

"Kita sudah siapkan personel yang berangkat ke sana. Besok akan kita makamkan. Apakah dimakamkan secara adat, atau tradisi militer, ini yang masih dirembukkan bersama keluarga," katanya.

Untuk menghormati jasa Jan, Lanud Soewondo mengibarkan bendera setengah tiang. "Untuk setiap personel yang gugur dalam tugas, kami selalu mengibarkan bendera setengah tiang. Apalagi, korban ini adalah perwira," ujarnya.

Namun, Arifien tak bisa memastikan sampai kapan bendera setengah tiang itu dikibarkan. Mereka menunggu arahan dari Mabes TNI AU.

"Kalau sampai kapan, itu kita menunggu arahan saja. Namun, ini bentuk penghormatan kami terhadap anggota yang gugur saat mengemban tugas," ungkap perwira berpangkat tiga melati emas di pundak tersebut.

Berdasar pantauan Tribun, sebelum jenazah diberangkatkan ke kampung, ibu kandung korban berulangkali memeluk peti mati anaknya. Ulpeinim, yang datang bersama anak-anaknya, menangis, karena tak menyangka putra keempatnya tewas saat mengemban tugas naik pesawat.

Pesawat Hercules C-130 dengan nomor penerbangan A-1334, yang membawa sembako dan bahan bangunan seberat 12 ton dari Timika menuju Wamena, terjatuh di kawasan Gunung Lisuwa. Sebanyak 12 personel TNI AU dan seorang petugas radar, yangberada pesawat, meninggal dunia.

Semua jenazah telah dievakuasi ke Lanud Wamena. Insiden jatuhnya pesawat TNI dan Polri sudah enam kali terjadi pada 2016.

Di antaranya, pada 4 Desember, pesawat M-28 Skytruck milik Polri jatuh di wilayah perairan Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, menewaskan 13 personel. Kamis (24/11), helikopter Bell 412 EP nomor registrasi HA-5166 milik TNI AD jatuh di pegunungan Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara).

Helikopter tersebut membawa logistik untuk petugas TNI yang melakukan penjagaan perbatasan negara menuju Long Bawan, Nunukan, dari Kota Tarakan. Sebanyak 3 orang tewas akibat kejadian itu. Sementara dua orang, yakni Lettu CPN Abdi Darmain dan Lettu CPN Yohanes Saputra ditemukan selamat.(ray)

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas