Peneliti Prediksi Ada 3 Perubahan Pola Terorisme di 2017
Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan, penanganan kasus terorisme pada 2016 meningkat ketimbang tahun sebelumnya.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Tim Puslabfor Polri bersama Tim Densus 88 Antiteror melakukan olah tkp rumah kontrakan terduga teroris di Bintara, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (11/12/2016). Puslabfor Polri membawa lima paper bag dan dua kardus ukuran sedang usai melakukan olah tkp lanjutan atas penggerebekan terduga teroris dan penemuan bom berdaya ledak tinggi pada Sabtu (10/12/2016). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ini juga akan merepotkan aparat keamanan karena bisa terjadi di mana saja.
"Kewaspadaan tidak hanya di objek vital tapi juga di lokasi lokasi umum, " kata Ridlwan Habib.
Perubahan yang ketiga adalah pola komunikasi teroris. Mereka menggunakan social media dan fitur komunikasi modern seperti telegram atau whatssapp.
"Ini membutuhkan keterampilan khusus dari aparat kontra teror. Terutama dari komunitas intelijen sinyal, " kata Ridlwan.
Perubahan pola komunikasi ini juga menyulitkan deteksi.
Kelompok teroris juga tidak perlu harus mempunyai safehouse atau basecamp tetap karena bisa berkomunikasi di mana saja.
"Mereka juga bisa berbagi materi materi dan manual berbahaya dengan whatssapp atau telegram, " kata Ridlwan Habib. (*)
Berita Rekomendasi
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.