Dari Perabotan Rumah Tangga Hingga Kolam Renang, Peneliti Ini Berhasil Mengelola Sampah di Pakistan
Berikut kisah lengkap Nargis Lateef dalam mendaur ulang sampah seperti yang dilansir KBR Asia Calling.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Apa yang terpikir dalam benak anda ketika mendengar kata sampah? Sebagian orang mungkin langsung mengarahkan pikirannya kepada sesuatu yang tak lagi berguna dan hanya tinggal dibuang.
Namun, pernahkan Anda berpikir kalau sampah masih tetap berguna dalam pembuatan berbagai benda, seperti tempat penampungan, perabotan rumah tangga yang indah, bahkan kolam renang?
Tantangan mendaur ulang sampah berhasil dilakukan seorang peneliti asal Pakistan bernama Nargis Lateef selama lebih dari dua dekade. Nargis Lateef mendedikasikan hidupnya untuk mendaur ulang berton-ton sampah yang diproduksi pusat industri negara itu, kota Karachi.
Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Asia Calling produksi KBR.
Sebagai pusat ekonomi dan industri, Roda kehidupan di Kota Karachi Pakistan bergerak dengan sangat cepat.
Kota pelabuhan ini berpenduduk 20 juta jiwa dan menghasilkan sekitar 20 ribu ton sampah setiap hari.Dari konsumsi sampah yang terus meningkat, Nargis Lateef (63) sebagai seorang peneliti mencoba menekuni masalah sampah selama lebih dari dua dekade.
Nargis membuka bengkel kerja berupa tempat penampungan barang rongsokan yang berada di tengah lautan gedung tinggi di kawasan kelas atas, Gulshan-e-Iqbal. Beranekaragam sampah, mulai dari bambu, kardus, barang, dan pembungkus, berserakan dimana-mana.
“Saya selalu bekerja dengan barang-barang yang tidak mau disentuh orang lain. Pekerjaan ini dimulai pada tahun 1994, saat itu saya sudah merasa muak dengan pembakaran sampah di kota ini. ”ujar Nargis.
“Di tahun pertama, saya melakukan banyak riset. Akhirnya, saya sampai pada kesimpulan, bila ada uang yang terlibat, orang akan tertarik dengna bisnis ini. Kalau orang-orang mau menjual dan membeli sampah, maka tidak ada lagi sampah yang tersisa, “papar Nargis.
Nargis kemudian mempraktekkan penemuannya dan menemukan banyak inovasi sehingga membuat produk-produk baru yang bisa mengubah perekonomian negara dan dunia.
“Saya memulai dengan bank bernama Bank Sampah dan Emas. Kami mulai memberikan koin emas 17 atau 18 karat untuk ditukar dengan sampah. Dulu juga kami membuka kios dalam pasar mingguan. Ini menjadi perhatian para perempuan kaya yang membawa sampah kering, seperti berbagai jenis kertas, plastik, dan logam. Bank kami pun mendapat sambutan yang luar biasa,”ungkap Nargis.
Menurut Nargis, masalah sampah di Karachi terletak pada lemahnya sistem manajemen sampah. Ditambah lagi, petugas-petugas yang mengumpulkan sampah korupsi biaya transportasi sampah dengan melakukan pembakaran sampah.
Nargis pun berinisiatif menciptakan kesadaran nilai sampah yang bisa di daur ulang, mulai dari skala kecil yang terus berkembang hingga besar.
“Anda bisa mengatakan ini titik sukses kami setelah menjadi gerakan yang tersebar di seluruh kota. Tetapi, saya tidak berhenti di sini. Saya akan terus melakukan penelitian karena mimpi saya sejak kecil adalah menjadi seorang ilmuwan, “ungkap Nargis.
Rencana ke depannya, Nargis akan mengubah pusat riset menjadi tempat kerja yang di dalamnya tempat sampah diubah. Contohnya, pada bagian tengah temapt kerja ada sturuktur perak berkilauan yang disebut Nargis dengan nama Chandi.
Di tengah-tengah ruangan contohnya, ada struktur perak yang berkilauan. Nargis menyebut penemuan terbaru dengan nama Chandi.
“Kini, teknologi chandi atau perak menarik perhatian global. Teknologi ini disebut metalized film. Ini adalah bahan kemasan untuk berbagai jenis makanan yang dijual di seluruh dunia, bukan hanya di Pakistan, “ujar Nargis.
Struktur perak terbuat dari blok konstruksi yang ditutup pembungkus yang berasal dari limbah bungkus biskuit, keripik dan lainnya. Tumpukan batu bata perak plastik membentuk dinding Chandi, sementara lapisan anyaman bambu jadi atapnya.
Di belakang kami, ada lima pekerja sibuk membuat blok konstruksi dari sampah. Masing-masing beratnya lima kilogram dan empat kali lebih besar dari batu bata normal.
“Dengan blok dan panel ini, Anda bisa membuat perabot, waduk air, tempat tidur, kolam renang bahkan rumah. Ada banyak hal yang bisa Anda buat, ”kata Nargis.
Ratusan orang yang menggunakan perabot yang diproduksi di bengkel Nargis, termasuk sebuah LSM yang membeli beberapa batu bata untuk membangun tempat penampungan bagi keluarga pengungsi.
Nargis mengatakan keberhasilan ini terus memotivasinya untuk bekerja dan menjadi inspirasi untuk meneruskan kerjanya yang sudah berjalan dua dekade.
Penulis: Naeem Sahoutara /Sumber: Kantor Berita Radio (KBR)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.