Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

ISIS 'Kuasai' Penggunaan Aplikasi Telegram untuk Komunikasi dengan Calon Pengantin

Pasukan antiteror di dunia, termasuk di Indonesia menemukan bahwa pendukung ISIS berbagi pesan pada aplikasi bernama Telegram.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
zoom-in ISIS 'Kuasai' Penggunaan Aplikasi Telegram untuk Komunikasi dengan Calon Pengantin
IBTimes
Pasukan antiteror di dunia, termasuk di Indonesia menemukan bahwa pendukung ISIS berbagi pesan pada aplikasi bernama Telegram. 

Menurut para ahli, Telegram kini telah menjadi platform pilihan komunikasi bagi kelompok ekstrimis.

Hal ini terjadi karena kegagalan teknologi perusahaan dalam melaksanakan langkah-langkah lebih agresif, yang sekarang umum digunakan oleh para pesaingnya.

"Telegram adalah app pilihan bagi banyak anggota ISIS, pro jihad, Pro ISIS dan lainnya dan unsur-unsur teroris," demikian laporan yang diterbitkan oleh lembaga yang berbasis di Washington Middle East Media Research Institute (MEMRI), yang melacak komunikasi online teroris.

Peneliti MEMRI mengklasifikasi migrasi massa ISIS ke Telegram sebagai salah satu perkembangan yang paling penting, dalam evolusi dalam bidang teknologi.

"Migrasi itu telah melampaui Twitter sebagai platform yang paling penting," kata Steven Stalinsky, sang peneliti MEMRI.

"Kita melihat ISIS berbicara tentang manfaat dari Telegram dan mendorong pengikutnya untuk menggunakannya lebih massif."

Menurut pihak berwenang Amerika Serikat (AS), salah satu alasan utama popularitas Telegram di antara kelompok-kelompok teroris adalah langkah-langkah meluas yang baru saja diadopsi oleh para saingan paltform sosial media.

Berita Rekomendasi

Twitter dan Facebook telah menindak konten ekstrimis. Pada awal tahun, Twitter memblokir lebih dari 235.000 account yang mempromosikan kekerasan dan terorisme.

"Langkah-langkah positif oleh Twitter, misalnya, adalah bagian dari alasan Telegram menjadi hal yang baru dan diincar," kata seorang pejabat senior AS, yang terlibat dalam pemantauan online pergerakan ISIS.

"Sangat mengkhawatirkan karena menunjukkan mereka benar-benar baik beradaptasi dengan cara baru," kata dia.

Menurut peneliti MEMRI, ISIS mulai menggunakan Telegram sebagai sarana berkomunikasi dan propaganda sejak September 2015, setelah Telegram meluncurkan fitur “channel”.

Melalui ini jihadis dan ahli, terus merekrut calon pengantin yang bersedia menjadi martir, dan melakukan serangan teror mematikan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas