Penuturan Tony, Korban KM Zahro yang Selamat: Saya Sempat Dengar Suara Istri Minta Tolong
Tony terperanjat begitu mendengar teriakan minta tolong seorang perempuan dari balik kobaran api dan asap tebal.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran bola mata Tony Martinus Gunawan (39) sembap dan berkaca-kaca saat menunggu di ruang Sentra Visum dan Medikolegal RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, sepanjang Senin (2/1/2017).
Ia menanti kepastian nasib istrinl tercintanya, Nia Kurniati (33) dan empat anggota keluaeganya yang hilang dalam kebakaran KM Zahro Express di perairan Teluk Jakarta pada Minggu pagi, 1 Januari 2017.
Namun, sembari menggendong putranya, Rivanno Rains Gunawan (3), ia berusaha tegar saat menceritakan dramatis dan mencekamnya detik demi detik terbakarnya kapal nahas tersebut hingga membuat rombongan keluarganya tercerai-berai.
Ia menceritakan, dirinya bersama 12 anggota keluarga besar Dadin Suganda berangkat dari Lembang, Bandung, Jawa Barat, Sabtu malam sekira pukul 23.00 WIB, menumpangi dua mobil, ke dermaga Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara.
Ia dan rombongan keluarga hendak berlibur dalam rangka libur Tahun Baru 2017, di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.
Setiba di dermaga, rombongan menaiki kapal KM Zahro Express dengan memilih barisan kursi di bagian tengah lantai bawah kapal.
Tony, istri dan anaknya duduk di kursi baris ketiga. Sang kakek, Dadin Suganda (65) dan istri, Eha Julaeha (61), duduk tepat di kursi belakangnya. Sementara, dua anak Dadin yang lain bersama dua menantu dan empat cucu duduk berderet di sisi kiri sampingnya.
Dan ada mesin kapal berada di dekat barisan kursi tersebut.
"Saat itu penumpangnya pada menghadap ke mesin. Anak saya, Rivanno, dekat situ juga dipangku sama istri. Di belakang kami ada kakek (Dadin Suganda) dan neneknya (Eha Julaeha). ujarnya.
Sesaat kapal mulai berlayar, Tony memutuskan naik ke buritan kapal untuk menikmati pemandangan sembari mengisap sebatang rokok.
Namun, baru sekitar 15 sampai 20 menit kapal lepas dari dermaga, tiba-tiba ia mendengar ledakan diikuti kobaran api dan kepulan asap hitam.
Lantas, ia berlari menuju sumber ledakan yang ternyata berasal dari mesin kapal di lantai bawah. Ia panik karena teringat keluarga besarnya duduk di barisan kursi dekat mesin kapal tersebut.
Tony berusaha memasuki pintu masuk tempat barisan kursi penumpang. Namun, ia tak bisa memasuki pintu tersebut karena terhalang dengan ratusan penumpang yang saling berdesakan berusaha meninggalkan lokasi ledakan lewat satu pintu masuk.
Dan tiba-tiba ledakan kedua yang lebih besar dari mesin kapal kembali mengejutkannya. Seketika kobaran api disertai kepulan asap hitam membumbung tinggi.
Ia masih ingat betul momen ledakan kedua tersebut. Ia melihat pintu bagian mesin dan seorang ibu terlempar beberapa meter akibat ledakan itu.
"Ledakan yang kedua lebih besar, sampai pintu dan seorang ibu-ibu terlempar jauh. Saya lihat baju dan punggung ibu itu hangus terbakar," ujarnya.
Tony tetap berusaha memasuki pintu masuk dek tempat para penumpang berada kendati saat itu kobaran api dan kepulan asap hitam makin membesar.
Itu dilakukannya karena belum melihat istri, anaknya maupun anggota keluarganya sesaat ledakan besar itu.
Bahkan, ia sempat mencoba memadamkan api dengan air yang berasal dari toren atau tangki penampung air di sisi samping kapal.
Namun, usahanya tak membuahkan hasil. Justru api makin membesar hingga membuat lengan kiri, telinga, sebagian wajah dan punggungnya melepuh terkena jilatan api.
Tony terperanjat begitu mendengar teriakan minta tolong seorang perempuan dari balik kobaran api dan asap tebal. Ia mengenali suara tersebut adalah suara istrinya.
"Pas yang di atas pada teriak panas, panas..., tiba-tiba saya dengar suara istri saya manggil saya. 'Papi, Tony, tolong..! Saya balas berteriak panggil dia, tapi suaranya enggak terdengar lagi. Dan api sudah makin besar, asap sudah kemana-mana," ucap lirih Tony sembari menitikkan air mata ke wajah anaknya yang digendong.
Kobaran api dan asap yang makin besar di sekitarnya membuat Tony tak banyak pilihan.
Berikutnya, ia berusaha menyelamatkan diri dengan mencari-cari pelampung yang dekat dirinya. Ia berjalan meniti tepian kapal sembari menghindari jilatan api.
Namun, upayanya gagal karena jilatan api makin besar mengenai tubuhnya.
Lantas, ia memilih melompat ke laut tanpa alat bantu apapun. Ia bisa selamat saat berada di laut karena berpegangan dengan sterofoam atau gabus yang dibawa penumpang lain dari atas kapal.
"Saat di perahu nelayan saya ketemu dengan keponakan saya, Azka. Setelah dievakuasi ke kapal yang lebih besar, saya ketemu lagi dengan anak saya, Rivanno, ini. Dan pas sampai di darat, saya ketemu dengan adik ipar. Setelah itu saya menunggu tim evakuasi dan mencari-cari di antara penumpang yang diselamatkan dan sampai ke rumah sakit, tapi saya enggak ketemu dengan istri saya dan empat lagi," ucapnya lirih.
Teriakan minta tolong dari sang istri kala itu menjadi suara terakhir buat Tony. Karena tim DVI RS Polri memastikan satu dari tiga jenazah yang teridentifikasi pada beridentitas sebagai Nia Kurniati.