Perjuangan Wiji Thukul Dikisahkan Dalam Istirahatlah Kata-kata
Perjuangan sastrawan dalam mendapatkan kebebasan berpendapat untuk semua umat harus berakhir penghilangan paksa oleh penguasa.
Penulis: Lendy Ramadhan
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perjuangan sastrawan dalam mendapatkan kebebasan berpendapat untuk semua umat harus berakhir penghilangan paksa oleh penguasa.
Begitulah kisah Sastrawan Wiji Thukul di tahun 1996 yang dituangkan dalam film berjudul, Istirahatlah Kata-kata garapan sutradara Yossep Anggi Noen.
Film tersebut berkisah tentang Wiiji Tuhukul pada periode ditetapkannya dia sebagai buron oleh aparat keamanan.
Wiji Thukul dianggap melakukan provokasi terhadap kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal dengan peristiwa Kuda Tuli.
Hal tersebut dinyatakan sang sutradara dalam jumpa pers di Kedai Tjikini, Jl. Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (8/1/2016).
Mengenakan kaus hitam ia menjelaskan, bahwa film yang digarapnya tersebut, lebih menitik-beratkan kepada kehidupan Wiji Thukul sebgai seorang buron.
"Setelah 27 Juli tahun '96, saat pertama kali Wiji Thukul dan beberapa aktivis resmi dinyatakan oleh otoritas sebagai buron. Yang berperan serta atau memprovokasi, menjadi bagain dari kerusuhan 27 Juli," kata Yossep Anggi Noen.
"Kenapa kami memilih masa itu? Adalah karena ada persoalah emosional yang kompleks dari seorang tokoh. Selama ini Wiji Thukul tidak pernah menjadi tersangka, selama ini Wiji Thukul adalah aktivis," tambah Yossep Anggi Noen.
Rencanannya pihak keluarga dan sahabat Wiji Thukul yang juga turut hadir dalam jumpa pers film tersebut, akan mengundang Presiden Joko Widodo untuk menyaksikan film tersebut.