Malapetaka Limabelas Januari: Ratusan Mobil dan Motor Dibakar, Belasan Orang Tewas di Jakarta
Selama 2 hari ibu kota diselimuti asap. Terjadi banyak pembakaran dan penjarahan. Wilayah pertokoan Senen yang jadi titik perhatian, ludes terbakar.
Penulis: Mohamad Yoenus
TRIBUNNEWS.COM -- Pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, diguncang demo besar pertama kalinya, 15 Januari 1974 atau hari ini 43 tahun lalu.
Peristiwa ini lebih dikenal dengan Malari (Malapetaka lima Belas Januari). Yakni gerakan mahasiswa yang tidak puas terhadap kebijakan pemerintah atas kerja sama dengan pihak asing.
Para mahasiswa menganggap menyimpang dan tidak berhaluan kepada pembangunan yang mementingkan rakyat dan memperburuk kondisi ekonomi rakyat.
Momentum demonstrasi ini saat kedatangan Jan P Pronk, Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), lembaga pemodal asing bentukan Amerika Serikat, yang tiba di Jakarta pada 11 November 1973.
Selain Jan P Pronk, massa dari berbagai elemen mahasiswa dan sipil pun melakukan penolakan atas kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang, Tanaka Kakuei, pada 14-17 Januari.
Mereka coba mencegat kedatangan Tanaka Kakuei di Bandara Halim Perdanakusuma. Namun gagal, aparat keamanan memblokade bandara. Massa akhirnya mengalihkan aksi di sekitar Jakarta Pusat.
Akhirnya terjadi kerusuhan di kawasan Jakarta pusat. Pengerusakan fasilitas umum dan bangunan toko seperti pertokoan Senen Jakarta Pusat dan Roxy Jakarta Barat.
Selama dua hari ibu kota diselimuti asap. Terjadi banyak pembakaran dan penjarahan. Wilayah pertokoan Senen yang menjadi titik perhatian saat itu, ludes terbakar.
"Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor rusak atau dibakar, 144 buah gedung rusak atau terbakar (termasuk pabrik Coca-cola), dan 160 kilogram emas hilang dari sejumlah toko perhiasan," kata Menteri Pertahanan dan Keamanan Maraden dalam sidang pleno DPR pada 21 Januari 1974.
"Ada 11 orang meninggal dunia, 177 mengalami luka berat, 120 mengalami luka ringan, dan 775 orang ditangkap."
Sosok aktivis mahasiswa Hariman Siregar, menjadi simbol Malari. Laki-laki yang saat itu menjabat Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), bersama mahasiswa lain dituding menjadi otak pelaku kerusuhan. Namun Hariman membantahnya.
Menurut Hariman, insiden kerusuhan di luar kendali mahasiswa, dan ada pihak yang sengaja membuat situasi tidak terkendali.
Hariman sempat ditahan dan disidang, namun ia dan mahasiswa lain diputus tidak terbukti bersalah.
Lihat suasana Malapetaka Limabelas Januari 1974 dalam video di atas. (wikipedia)