Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gerakan Menghidupkan Kembali Bahasa Aborigin yang Terancam Punah

Gerakan menghidupkan kembali dan menyelamatkan hampir 120 bahasa Aborigin yang masih digunakan Australia hingga kini.

zoom-in Gerakan Menghidupkan Kembali Bahasa Aborigin yang Terancam Punah
KBR/Jarni Blakkarly
Jacinta sedang mengajar kelas bahasa Aborigin, Darug. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Zaman sekarang, banyak dari kita yang mungkin mempelajari bahasa lain di kelas.

Kisah ini akan membawa Anda ke sebuah kelas di Sydney, tempat warga Australia belajar salah satu bahasa lokal, yaitu  Aborigin.

Semua ini dilakukan bagian dari gerakan menghidupkan kembali dan menyelamatkan hampir 120 bahasa Aborigin yang masih digunakan Australia hingga kini.

Berikut kisah lengkapnya seperti yang dilansir dari Program Asia Calling produksi Kantor Berita Radio (KBR).

Sabtu pagi, Budjari Mulinawal  berangkat menuju kelas bahasa untuk belajar Bahasa Darug.

Bahasa darug merupakan bahasa yang banyak digunakan komunitas Aborigin di sekitar wilayah yang sekarang disebut Sydney, serta menjadi salah satu budaya tertua di dunia.

Terdapat sekitar 120 bahasa lokal yang saat ini masih digunakan, diantarnya kembali dihidupkan seperti Darug.

Kelas yang diadakan sebagai bagian dari Festival Sydney ini diikuti puluhan orang dari berbagai profesi seperti pensiunan, guru hingga tukang listrik.

Salah satu pengajar, Jacinta Tobian telah mengajarkan budaya, lagu dan upacara Aborigin selama hampir 20 tahun.

Dia mengaku senang melihat  tingginya minat masyarakat umum mempelajari Bahasa Aborigin.

“Saya benar-benar bersyukur ternyata masih ada orang yang mau belajar. Dan Anda tahu, saya dengar beberapa orang Australia bilang ini adalah bahasa mati. Ini hanya karena kita tidak mengerti bahasa itu,” jelas Jacinta.

Ada sekitar 250 bahasa yang digunakan di seluruh benua ketika Inggris menjajah Australia. Tapi akibat penjajahan, jumlahnya sekarang tinggal setengah.

“Banyak warga Australia atau dunia tidak menyadari kami tidak diperbolehkan untuk bicara bahasa lokal. Kadang orang berpikir kami terlalu malas untuk mengajarkan anak-anak kami bahasa itu. Tapi itu tidak benar. Itu karena kami takut anak-anak kami nanti diambil,” kata Jacinta. 

Dari 120 bahasa lokal yang tersisa, sekitar 100 diantaranya terancam punah karena bahasa itu hanya dikuasai oleh orang-orang tua.

Itu sebabnya bahasa-bahasa itu harus diselamatkan. Dan teknologi berperan penting di sini. 

Beberapa aplikasi ponsel pintar telah dikembangkan untuk anak-anak agar mereka bisa belajar bahasa lokal. Selain itu juga ada kursus online dan kelas seperti ini.

Salah satu yang hadir di kelas ini adalah Tash Caldwell. Dia seorang pegawai pemerintahan dan anggota komunitas masyarakat adat. 

Komunitasnya berasal dari negara bagian utara Queensland. Dia mengaku dia tidak pernah belajar bahasa ibunya ini.

“Saya tidak benar-benar mendapatkan kesempatan untuk belajar bahasa ini saat tumbuh besar. Jadi saya pikir ini adalah kesempatan bagus untuk belajar bahasa ibu saya. Ini juga mendorong saya kembali berhubungan dengan beberapa anggota komunitas saya yang lancar bahasa ini,” ungkap Tash.

Romina berasal dari Italia dan seperti banyak wisatawan Eropa, mereka bepergian keliling Australia. Dia ikut kelas bahasa iniuntuk belajar lebih banyak tentang budaya Aborigin.

“Kami di Eropa tidak tahu apa-apa soal Australia. Jadi saya mulai membaca sejarah Australia. Semua ini dimulai dengan kolonisasi. Dan saya terkejut karena saya merasa warga Australia tidak bisa benar-benar melihat tanda-tanda masa lalu,” kata Romina.

Romina menyukai bahasa dan menguasai bicara bahasa Italia, Yunani, Spanyol dan Inggris.

Namun sangat jarang orang Australia bicara dalam bahasa kedua. Diperkirakan lebih dari 80 persen orang Australia hanya berbicara bahasa Inggris.

Dan seiring harapan pemerintah agar jumlah anak-anak yang bisa bicara bahasa asing meningkat, banyak kelompok adat yang mendorong agar bahasa Aborigin juga diajarkan di sekolah-sekolah.

“Saya Joel Davidson dan saya orang Gadigal. Saya tumbuh besar di sekitar Sydney.”

Gadigal adalah satu dari beberapa suku Aborogin yang secara tradisional tinggal di sekitar Sydney.

Joel baru belajar bahasa Darug tiga bulan lalu dan sekarang dia ikut mengajar di kelas bersama Jacinta.

Sehari-hari dia bekerja sebagai programer web tapi dia sangat tertarik dengan bahasa.

“Anda tidak bisa melepaskan bahasa dari budaya dan sejarah. Dan Saya sangat bersemangat untuk mengajarkan budaya dan sejarah orang Aborigin Sydney dan semua orang Aborigin,” tutur Joel.

Dia berharap orang-orang muda Aborigin saat ini punya kesempatan yang dulu tidak dia miliki.

Joel pun mengungkapkan rasa kecewanya karena tidak mengetahui bahasa ini saat remaja.

 “Sangat memalukan mengaku pada orang lain kalau Anda tidak tahu bahasa sendiri, tidak tahu budaya dan sejarah sendiri. Mereka tidak punya apa-apa untuk dibanggakan sebagai orang Koori.”

Jumlah orang Aborigin sekitar 2,5 persen dari keseluruhan penduduk Australia. Tapi tidak diketahui berapa banyak yang berbicara dalam bahasa lokal mereka.

Joel mengatakan dengan setengah populasi Aborigin berusia di bawah 20 tahun, kini waktunya untuk mulai belajar.

“Menurut saya, kaum muda bisa bahasa lokal dan tumbuh dewasa dengan itu, akan menjadi hadiah terbaik di dunia. Itu sesuatu yang tidak pernah saya dapatkan.”

Penulis : Jarni Blakkarly / Sumber : Kantor Berita Radio (KBR)

 

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas