Indonesia Bisa Jadi Penengah Redakan Ketegangan Korea Utara dengan Malaysia
Menurut Andreas, kematian pria Korut perlu dibuktikan lebih dahulu bahwa yang bersangkutan adalah Kim Jong Nam.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persoalan kematian yang diduga saudara tiri Pemimpin Korut Kim Jong Un, Kim Jong Nam memicu ketegangan hubungan bilateral antara Malaysia dan Korea Utara.
Anggota Komisi I DPR Andreas Hugo Pareira mengatakan ketegangan itu memicu saling usir dubes dan sandera warga negara antar kedua negara.
"Sudah menjadi kekerasan diplomasi antar dua negara yang berpotensi melebar menjadi konflik terbuka antar kedua negara bahkan menyebar ke kawasan Asia Timur-Tenggara apabila tidak segera diantisipasi secara dini," kata Andreas melalui pesan singkat, Rabu (8/3/2017).
Oleh karena itu, Andreas meminta persoalan itu harus dipahami secara jernih dan tidak emosional.
Menurut Andreas, kematian pria Korut tersebut perlu dibuktikan lebih dahulu bahwa yang bersangkutan adalah Kim Jong Nam.
"Kalau tidak, ini sebenarnya siapa, karena di paspor tertera nama Kim Chol. Ini penting untuk mengetahui motif pembunuhan," kata Politikus PDIP itu.
Bila benar Kim Jong Nam, Andreas menilai persoalan tetsebut seharusnya dilihat sebagai persoalan dalam negeri Korut.
Baca: Ungkap Nama Besar Dibalik Kasus Korupsi e-KTP, Sidang Perdana Digelar Besok
Kasus kejadian di Malaysia dan melibatkan warga negara lain, seharusnya dilihat sebagai kasus kriminal yang merupakan ekses konflik dalam negeri Korut.
"Indonesia sebagai negara sahabat dari Malaysia dan Korut, meskipun tidak terlibat langsung dalam ketegangan ini, tetapi perlu berperan menengahi ketegangan ini agar tidak melebar," kata Andreas.
Andreas mengatakan Indonesia juga perlu memberikan bantuan hukum untuk WNI yang diduga terlibat dalam kasus itu, Siti Aisah,
"Keterlibatan Indonesia menengahi ketegangan Kedua negara paling tidak menengahi dan nengajak perwakilan kedua negara untuk duduk bersama dan membicarakan dan mencari solusi atas kasus ini," kata Andreas.