Divisi Muslimah HTI Kumpulkan 1.700 Perempuan Berpengaruh, dari Turki hingga Inggris
Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, bekerjasama dengan Muslimah HTI menyelenggarakan konferensi perempuan internasional.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, bekerjasama dengan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyelenggarakan konferensi perempuan internasional yang fenomenal di Jakarta, Sabtu (11/3/2017).
Konferensi ini bertajuk "Khilafah & Pendidikan: Menghidupkan Kembali Masa Keemasan" untuk mengatasi krisis pendidikan yang saat ini melanda dunia Muslim.
Acara ini dihadiri oleh para pembicara perempuan dari Palestina, Turki, Negara Teluk, Malaysia, Inggris, dan Belanda, dan Indonesia.
Direktur Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, Dr Nazreen Nawaz mengatakan konferensi ini akan mengumpulkan sekitar 1.700 perempuan berpengaruh, termasuk guru, dosen, ulama, dan para pakar di bidang pendidikan lainnya, serta mahasiswa, aktivis mahasiswa, tokoh masyarakat, jurnalis, dan perwakilan organisasi.
"Konferensi ini akan mencakup orasi, diskusi panel, dan testimoni dari para delegasi yang memberikan laporan tangan pertama tentang masalah dan kegagalan pendidikan di daerah mereka," kata DR Nazreen dalam keterangannya kepada Tribunnews, Minggu (12/3/2017).
Acara ini juga ditayangkan melalui live-streaming kepada audiens internasional dalam 3 bahasa: Arab, Inggris, dan Indonesia.
Konferensi ini diawali dengan pameran yang penting pada Jumat, 10 Maret, yang akan menampilkan beberapa materi yang akan dibahas pada konferensi, termasuk kebijakan dan kurikulum pendidikan Khilafah.
Baca: Pendidikan dalam Khilafah, Pendidikan Terbaik untuk Gegerasi Umat Terbaik
Pameran ini diharapkan dapat menarik pengunjung dari seluruh Indonesia.
Konferensi dan pameran ini adalah puncak dari kampanye global intensif yang berlangsung selama tiga minggu mengenai masalah kondisi pendidikan yang buruk di negeri-negeri Muslim.
Serta bagaimana Khilafah menawarkan satu-satunya cara untuk menyelesaikan krisis ini serta membangun sistem pendidikan kelas dunia.
Subjek yang dibahas dalam konferensi dan pameran meliputi: apa tujuan pendidikan yang sebenarnya; agenda intens saat ini untuk lebih mensekulerkan pendidikan di negeri-negeri Muslim; penyebab krisis pendidikan di dunia Islam; visi Khilafah untuk pendidikan dan bagaimana menciptakan generasi dan peradaban emas.
Juga dibahas bagaimana Khilafah akan membangun sistem pendidikan tinggi kelas dunia; hak-hak pendidikan perempuan di bawah pemerintahan Islam; dan pedoman tentang bagaimana pendidikan Islam harus dibentuk hari ini dalam ketiadaan Khilafah.
Tidak diragukan lagi bahwa dunia Muslim saat ini menderita 'Krisis Pendidikan' dalam kadar yang signifikan.
Kondisi pendidikan yang suram di dunia Muslim ini berada pada kutub yang berlawanan dengan keunggulan pendidikan yang dinikmati negeri-negeri Muslim di bawah pemerintahan Islam oleh Khilafah.
Negara ini memberikan kedudukan yang sangat penting dan dukungan terhadap aktivitas menuntut dan menyebarkannya, mengantarkannya menjadi pusat pembelajaran bagi dunia.
Negara ini juga melahirkan para ulama dan ilmuwan dalam jumlah yang melimpah, serta melahirkan sebuah era inovasi dan penemuan besar, menciptakan peradaban yang mulia yang menjadi adidaya dunia.
Oleh karena itu, pameran dan konferensi ini mencoba untuk menyeru umat Islam secara global untuk menghidupkan kembali masa keemasan dalam pendidikan, keilmuan, dan kemajuan ilmiah ini, melalui penegakan kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian, yang akan membangun peradaban megah yang memimpin dunia dengan ideologi dan keadilan Islam.