Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Isak Tangis Ani Ratapi Meninggalnya Patmi, Petani Kendeng yang Perjuangkan Pembatalan Pabrik Semen

Ani merupakan tetangga Patmi di desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Isak Tangis Ani Ratapi Meninggalnya Patmi, Petani Kendeng yang Perjuangkan Pembatalan Pabrik Semen
TRIBUNNEWS/DENNIS DESTRYAWAN
Aksi keprihatinan petani Pegunungan Kendeng, Rembang atas meninggalnya Patmi, rekan mereka saat aksi cor kaki di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat. 

Laporan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ani menangis saat menceritakan perjuangan sahabatnya, Patmi (48) petani di kawasan Pegunungan Kendeng, Rembang yang meninggal dunia seusai melangsungkan aksi cor kaki di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat.

Ani merupakan tetangga Patmi di desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. "Kami adalah warga Kendeng Pati," ujar Ani di kantor Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2017).

Ani bercerita mengenai perjuangan Patmi yang gigih menolak pembangunan semen di wilayah desanya. Patmi tercengang saat pertama kali mendengar ada rencana pembangunan semen tersebut

"Ibu Patmi dalam memperjuangkan kelestarian alam, memperjuangkan lestarinya Gunung Kendeng sangat fokus sekali," ujar Ani.

Kegigihan Patmi terlihat saat mengikuti beberapa aksi penolakan pembangunan pabrik semen, yakni aksi jalan kaki mulai dari Pati sampai Semarang, aksi jalan kaki dari Rembang sampai Semarang, serta jalan kaki dari Jalan Ki Ageng sampai Semarang.

"Karena ketika Ibu Patmi mulai mendengar, mencium bau akan berdirinya pabrik semen di dua kecamatan itu, Ibu Patmi dengan spontan awal langsung ikut gerakan itu," ujar Ani.

Berita Rekomendasi

Sebelum meninggal dunia, Patmi juga ikut serta dalam aksi cor kaki menggunakan semen. Sebagai simbol penolakan atas pembangunan pabrik semen. Aksi cor kaki dimulai pada Senin (13/3/2017). Patmi bergabung dengan petani lain mulai Kamis (16/3/2017) hingga Senin (20/3/2017).

Seusai melangsungkan aksi pada Senin, ucap Ani, dia bersama sembilan petani berencana pulang ke kampung halaman.

"Kami memutuskan untuk istirahat sejenak, kami bersembilan akan pulang," ceritanya. Ani juga mengajak Sri untuk pulang, "Bu nganu panjenengan ikut pulang" Ibu Patmi tidak mau," ujar Ani.

Ani sempat terisak saat menceritakan Sri yang menolak untuk pulang, dan tetap ingin berjuang dengan melakukan aksi kembali cor kaki di depan Istana Merdeka.

"Karena begitu gigihnya dia juga.." ujar Ani seraya terisak. "Dia tetap akan di sini, dia tidak mau pulang. Katanya saya disuruh tinggalin dia," sambung Ani.

Nasib berkata lain. Seusai melangsungkan aksinya, Patmi melakukan cek kesehatan, dan sempat dibawa ke Rumah Sakit Saint Carolus, Salemba, Jakarta Pusat. Sekitar pukul 02:30, Selasa dini hari, Patmi sempat dinyatakan sehat.

Setelah dinyatakan sehat, Patmi sempat mengeluh mengenai kondisi tubuhnya. Bahkan, Patmi sempat mengalami kejang-kejang dan muntah, terutama setelah mandi. Dokter yang sedang mendampingi dan bertugas segera membawa Patmi ke Rumah Sakit Saint Carolus.

Menjelang sampai di Rumah Sakit Saint Carolua, dokter mendapati bahwa Bu Patmi meninggal dunia. Pihak RS St. Carolus menyatakan bahwa Bu Patmi meninggal mendadak pada sekitar Pukul 02.55 WIB dengan dugaan jantung.

"Tidak tahu jadinya seperti ini, terima kasih atas dukungan semua. Solidaritas dari berbagai teman-teman dalam pembelaan Pegunungan Kendeng," tutup Ani.

Para petani telah melangsungkan aksinya sejak Senin (13/3/2017). Mereka memprotes izin lingkungan baru yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Izin yang diterbitkan oleh Ganjar, membuat aktivitas penambangan PT Semen Indonesia berjalan. Penambangan itu, yang diprotes oleh para petani Kendeng.

Mereka menuntut Presiden Joko Widodo mencabut izin lingkungan PT Semen Indonesia yang dikeluarkan oleh Ganjar dan menghentikan kegiatan penambangan karst oleh pabrik semen yang dinilai merusak lingkungan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas