Tidak Ikut Salami Jokowi, Gunarti Menangis di Bawah Pilar Istana Presiden
Gunarti, warga Pati yang menolak pabrik semen di Kendeng, Jawa Tengah, tiba-tiba menangis di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gunarti, warga Pati yang menolak pabrik semen di Kendeng, Jawa Tengah, tiba-tiba menangis di Istana Negara, Jakarta, Rabu (22/3/2017).
Gunarti menangis di belakang sejumlah anggota yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), yang tengah bersalaman dengan Presiden Joko Widodo.
Gunarti justru tidak ikut bersalaman dengan Presiden.
Ia berdiri di dekat pilar dan tidak kunjung menyambangi Presiden untuk bersalaman.
Baca: Petani Kendeng Ramai-ramai Cor Kaki Pakai Semen, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan
Baca: YLBHI: Pemerintahan Jokowi Harusnya Malu dengan Aksi Petani Kendeng
Saat sesi foto bersama Presiden, Gunarti yang mengenakan kebaya hitam sambil memegang topi caping, berdiri agak di belakang sejumlah masyarakat adat lainnya.
Saat menangis, Gunarto yakni saudara Gunarti, kemudian menghampiri dan merangkul Gunarti untuk menenangkannya.
Seusai acara, Gunarti angkat bicara mengenai alasannya menangis.
"Saya enggak punya kesempatan itu. Ya, saya datang di sini, sebenarnya harapannya punya waktu untuk bicara," ucap Gunarti.
Gunarti yang mengaku sudah menyiapkan tembang, pun tidak punya kesempatan menyanyikannya di depan Jokowi.
"Sebenarnya saya tadi menulis tembang, dua tembang, yang ingin saya tembangkan di depan Pak Jokowi, tapi enggak ada kesempatan," tuturnya.
Padahal, Gunarti berharap bisa berbicara dari hati ke hati, ibarat anak dengan bapak. Kondisi demikian membuat Gunarti kecewa, sehingga ia merasa Jokowi yang ibarat bapak itu, telah meninggalkan dirinya serta warga Kendeng lainnya.
"Kalau melihat apa yang dikatakan beliau, Pak Jokowi, rasanya saya sudah kehilangan bapak. Ini benak yang kami rasakan," ucap Gunarti yang masih menangis sesenggukan.
"Dan saya membawa amanah dari desa, kampung kami, dari Jateng. Hanya Jateng lah yang jadi lumbung pangan Nusantara. Kalau nanti Jateng rusak, maka negara ini tidak akan ada pangan lagi," imbuh Gunarti. (*)
Penulis: Nicolas Manafe