Aksi Semen Kaki Berlanjut, Jangan Politisasi Petani Kendeng
kasus penolakan pendirian pabrik semen mempunyai dua motif yaitu motif politik dan motif bisnis.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berselang seminggu dari meninggalnya, Patmi (48), penolakan pendirian pabrik semen di sekitar Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, terus berlanjut.
Penolakan itu disinyalir mengandung unsur politis dan bisnis.
Ibu dua orang anak itu memang meninggal dunia karena mengalami sakit jantung, pada Selasa (21/3/2017).
Namun, sebelum meninggal dunia, dia turut aktif dalam kegiatan penolakan pendirian pabrik semen termasuk menyemen kaki.
Direktur Eksekutif Indonesia Institute and Public Policy, Taufan Hunneman, meminta aparat kepolisian mengusut alasan penolakan itu dan mencari aktor intelektual.
Menurut dia, kematian Patmi itu merupakan pintu awal dari proses penyusutan secara tuntas.
Sebab apabila diteruskan maka dikhawatirkan bisa menjadi preseden buruk yang bakal menghambat investasi dan pertumbuhan daerah.
"Kepolisian mengusut pihak-pihak yang selama ini menjadi aktor intelektual termasuk di dalamnya yang telah terus menerus melakukan aksi agitasi dan provokasi isu-isu yang tak benar atas kehadiran berdirinya pabrik semen," ujarnya, Rabu (29/3/2017).
Dia menilai, kasus penolakan pendirian pabrik semen mempunyai dua motif yaitu motif politik dan motif bisnis.
Indikasi ini karena penolakkan tak mewakili seluruh masyarakat baik kelompok Samin maupun petani Kendeng.
Untuk motif politik, kata dia, berkaitan dengan adanya Pilkada 2018 di provinsi Jawa Tengah.
Sementara itu dari motif bisnis, adanya kepentingan-kepentingan bisnis yang terganggu jika berdirinya pabrik semen di sana.
"Jangan sampai mengatasnamakan kepentingan petani namun mempunyai pesan kuat di luar agenda petani," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.