Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Alasan Mentan Andi Amran Sulaiman Berang Terhadap Parlemen Uni Eropa

Tak main-main, menteri Amran mengancam akan mengevaluasi eskpor sawit dan biodiesel berbasis sawit ke negara-negara Eropa tersebut.

Editor: Content Writer
zoom-in Ini Alasan Mentan Andi Amran Sulaiman Berang Terhadap Parlemen Uni Eropa
dok. Kementan
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. 

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman berang terhadap Parlemen Uni Eropa. Tak main-main, menteri Amran mengancam akan mengevaluasi eskpor sawit dan biodiesel berbasis sawit ke negara-negara Eropa tersebut.

“Kalau ada kerjasama yang telah kami tandatangani, kami evaluasi,” tegas Menteri Amran diwawancara di Semarang, Rabu (12/4/2017).

Sebelumnya menurut Parlemen Uni Eropa, sawit di Indonesia dinilai masih menciptakan banyak masalah mulai dari deforestasi, korupsi, pekerja anak-anak, sampai pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Indonesia oleh parlemen Uni Eropa bahkan dilarang untuk mengekspor sawit dan biodiesel ke negara lain.

Amran menegaskan, pasar sawit Indonesia bukan cuma di Eropa. Karena itu, dia tidak gentar jika negara-negara Uni Eropa sepakat melarang sawit Indonesia beredar di pasar-pasar Eropa.

Bahkan sebaliknya, Amran akan akan meminta pelaku-pelaku eksportir kelapa sawit menghentikan ekspornya ke Eropa.

"Indonesia jangan mau didikte sama Uni Eropa. Kalau perlu hentikan ekspor sawit kita kesana," kata menteri Amran.

BERITA REKOMENDASI

“Harus diingat, sekarang ini kita konversi ke Biofuel B-20 sebanyak 3,2 juta ton, sementara Eropa mengimpor 7 juta ton. Kami telah minta ke seluruh eksportir jatah yang dikonversi biofuel nggak usah di ekspor kesana. Berikutnya kita masih punya B-30  dan itu kita butuh 13 juta ton. Artinya ekspor kita nanti berkurang karena kita jadikan biodiesel,” tambah Amran.

Untuk itu, Mentan Amran tegaskan, masalah sawit merupakan urusan pertanian dalam negeri.

Karena itu, dia mewanti-wanti agar negara-negara Eropa tidak mencampuri kebijakan pertanian Indonesia.

Pasalnya kata menteri asal Sulawesi Selatan itu, Indonesia saat ini telah memiliki standar sertifikasi produk sawit dan turunannya atau yang dikenal Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Selain memiliki ISPO, Indonesia juga telah melakukan kerja sama dalam hal sertifikasi produk sawit dengan Malaysia melalui Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).


“Indonesia punya standar sendiri, yakni Indonesian Sustainable Palm Oilm (ISPO). Masa (sawit) kita yang punya, dia yang mau buat standarnya. Itu cerita mana,” tegasnya.

Menteri Amran mengaku tidak takut jika harus mengevaluasi beberapa kerjasama dengan negara-negara Eropa khususnya Prancis.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas