Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Istri Nurcolish Madjid Sedih Tak Bisa Gelar Diskusi di Kampus Paramadina yang Dibangun Suaminya

Omi lalu meminta maaf kepada peserta yang mengorbankan waktunya mencari lokasi diskusi yang berpindah dari Paramadina ke Hotel Century.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Istri Nurcolish Madjid Sedih Tak Bisa Gelar Diskusi di Kampus Paramadina yang Dibangun Suaminya
Ferdinand Waskita/Tribunnews.com
Diskusi Paramadina 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Istri Nurcolish Madjid, Omi Komariah Madjid sedih tidak bisa menggelar diskusi di kampus Paramadina.

Padahal, Paramadina didirikan oleh Nurcolish Madjid atau Cak Nur.

Omi bersama Nurcholis Madjid Society awalnya ingin menggelar diskusi publik bertajuk 'Merawat Pemikiran Guru-Guru Bangsa' yakni Gus Dur, Cak Nur dan Buya Syafii.

Pembicara diskusi terdiri dari Yenny Wahid, M Sobary, Abdul Muthi dan Wahyuni Nafis.

"Secara jujur sedih waktu dibatalkan di kampus yang dibangun Cak Nur. Nama diciptakan mereka, kampus sendiri," kata Omi saat membuka diskusi di Hotel Century, Jakarta, Rabu (12/4/2017).

Padahal, Omi berharap kampus tersebut dapat bersemi pikiran-pikiran Cak Nur.

Tetapi, pemikiran itu hilang setelah Cak Nur wafat.

Berita Rekomendasi

"Nilai-nilai itu sudah hilang, demokrasi sudah tidak ada lagi. Keterbukaan tidak ada, pluralisme apalagi," kata Omi.

Omi lalu meminta maaf kepada peserta yang mengorbankan waktunya mencari lokasi diskusi yang berpindah dari Paramadina ke Hotel Century.

Ia mengatakan tidak diizinkan diskusi di kampus.

Omi mengingat pernyataan Cak Nur agar merawat ruang publik untuk berdiskusi.

"Ini untuk belajar mendengarkan pendapat orang lain, saya sangat bergembira semangat intelektual masoh terus berkobar meskipun disana sudah panas," kata Omi.

Omi mendengar mahasiswa terhambat untuk mengundang narasumber berdiskusi di kampus.

Ia pun memutuskan keluar dari Paramadina dan membentuk Nurcolish Madjid Society.

Omi mengaku pembentukan lembaga itu untuk merawat pesan Cak Nur.

"Paramadina awal jamaah hanya tiga atau empat orang, tapi Cak Nur tetap datang dengan tekun, kami ingin merawat pesan Cak Nur. Kalau tidak dimulai diskusi ya sangat membahayakan, maka orang jadi mudah tersinggung, apa makna dan tujuan hidup," kata Omi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas