''Banyak Orang di Jakarta yang Bisa Dibayar untuk Menyerang Sosok Seperti Novel''
"Novel juga mungkin tidak bawa senjata ketika shalat subuh, jadinya pelaku bisa meminimalisir resiko," ujar Fauka.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Waktu dan lokasi penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, tidak ditentukan oleh pelaku secara sembarangan.
Komandan Kelompok Khusus Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Kolonel (Purn) Fauka Noor Farid, mengatakan pelaku akan menentukan waktu dan lokasi yang paling tidak berisiko dan hal itu ditentukan setelah dilakukan pengintaian terhadap Novel.
"Mungkin sebelumnya Novel diintai dulu, bisa sebulan dua bulan itu. Dilihat rutinitasnya, di rumah dia aktivitasnya apa, dicari waktu lengahnya kapan, ternyata dia suka shalat subuh di masjid dan ditentukanlah," ujar Fauka saat dihubungi, Kamis (13/4/2017).
Baca: Kembali ke Indonesia, Novel Dapat Pengawalan Melekat
Baca: Usai Disiram Air Keras, Novel Sulit Melihat Lalu Tabrak Pohon Nangka
Novel akhirnya diserang pada Selasa ini hari (11/4), usai mantan anggota Polri itu menunaikan ibadah shalat subuh di masjid yang terletak tidak jauh dari kediamannya di kawasan Jakarta Timur.
Fauka Noor Farid menyebut pemilihan tempat dan lokasi pelaku itu memang ideal.
"Jadi saat itu sepi, dan banyak akses untuk kabur. Novel juga mungkin tidak bawa senjata ketika shalat subuh, jadinya pelaku bisa meminimalisir resiko," ujarnya.
Siapa eksekutor penyerangan terhadap Novel, menurut Fauka Noor Farid banyak orang di Jakarta yang mau dibayar untuk melakukan penyerangan tersebut.
Kata dia, pelaku tidak harus seseorang yang sempat mengenyam pendidikan tertentu, bahkan preman biasa dengan nyali yang cukup pun bisa melakukan penyerangan tersebut.
"Pelaku kriminal biasa bisa melakukan itu, kalau dia pemberani, di Jakarta banyak yang bisa dibayar untuk itu," katanya.
Namun pelaku kriminal biasa tentunya tidak memiliki kemampuan mumpuni untuk melakukan pengintaian, atau menentukan waktu dan lokasi yang ideal untuk penyerangan.
Jika memang ekeskutornya adalah pelaku kriminal biasa, ia meyakini yang melakukan pengintaian dan merencanakan penyerangan, adalah seseorang yang memiliki latar belakang mumpuni.
"Jadi si eksekutor ini cuma disuruh melakukan saja, setelah waktu dan lokasinya ditentukan," katanya.